Mencicipi lupis legendaris Mbah Satinem favorit Presiden Soeharto
Diperbarui 7 Jan 2019, 11:46 WIB
Diterbitkan 7 Jan 2019, 11:44 WIB
Yogyakarta menyimpan banyak cerita unik, mulai dari budaya, wisata hingga kuliner. Sebagai kota yang dikenal dengan keramahannya, Jogja menyuguhkan bebagai kenangan yang berhasil membuat seseorang rindu untuk kembali ke Kota Istimewa ini.
Jika kamu sudah sempat mengunjungi Jogja, maka kamu akan melihat bagaimana keseharian masyarakatnya, ramah dan pekerja keras. Seperti halnya dengan Mbah Satinem.
Di usianya yang sudah tua, bukannya memilih untuk bersantai di rumah, justru ia berbagi rasa yang nikmat dengan jajanan tradisionalnya, yakni lupis. Pelanggan Mbah Satinem tak pernah sepi. Sejak tahun 1963 ia sudah mulai berjualan lupis. Hingga kini ia masih tetap eksis bahkan tak tampak letih di wajahnya, justru senyum yang selalu mewarnai wajah tuanya.
foto: brilio.net/ivanovich
Saat dijumpai brilio.net dilokasi ia berjualan di Jalan Bumijo No.50, Gowongan, Yogyakarta, Mbah Satinem dengan ramah mengatakan bahwa dirinya lebih senang berjualan dari pada harus di rumah. "Mending jualan, kalau di rumah juga nggak ngapa-ngapain. Tapi kalau capek ya istirahat, libur jualannya," ujar Mbah Satinem.
Buka dari jam 05.30 WIB, tempat Mbah Satinem berjualan sudah dipenuhi banyak pembeli. Bahkan kini pembeli harus menggunkan nomor antrean. Setiap hari dagangan Mbah Satinem laris tak tersisa. Rata-rata yang datang ke Mbah Satinem merupakan pelanggan tetap yang tak pernah bosan untuk memulai hari dengan lupis lezat si Mbah.
foto: brilio.net/ivanovich
"Saya sudah langganan sejak tahun 70-an. Dari saya belum nikah, sampai saya nikah, punya anak dan sekarang sudah punya cucu, saya masih menjadi langganan setia di sini. Lupisnya itu enak. kadang kalaua saya datang tamu dari Jakarta atau Bali, pasti minta dibeliin lupisnya Mbak Satinem," ujar pelanggan, Ida.
Kuliner Mbah Satinem ini memang sudah cukup melegenda. Bahkan mantan Presiden RI, Soeharto kerap membeli lupisnya mbak Satinem. Hampir setiap pagi ajudan Soeharto menyambangi lapak jualan Mbah Satinem untuk membelikan pesanan Soeharto.
"Dulu Pak Soeharto sering beli lupis di sini. Tapi bukan beliau sendiri yang ke sini, suruhannya yang tiap pagi di suruh beli lupis," ucap Mbah Satinem dengan khasnya yang ramah sembari melayani setiap pembeli.
Jika kamu ingin membeli lupis legendaris ini disarankan untuk datang jam 6 pagi karena biasanya jam 7.30 WIB sajam dagangannya sudah habis dan si Mbah siap-siap mau pulang. Nah untuk kamu yang ingin menjadikan ini oleh-oleh juga bisa. Mbah Satinem memiliki cara sendiri untuk mengemas makanan ini agar lebih tahan lama. Gula merah yang biasanya ditaburkan di atas lupis, akan dipisah sehingga lebih awet dan tidak mudah basi.
foto: brilio.net/ivanovich
Untuk harga seporsi yang berisikan lupis, gatot, tiwul, hingga cenil hanya Rp 5.000 saja. Harga murah dan rasa yang enak, pastinya tidak mengecewakan justru buat kamu ingin balik lagi untuk membelinya. Mbah Satinem tak berjualan sendiri, ia ditemani anaknya, yang membantu membungkus jika ada pesanan yang akan dibawa pulang. Keduanya tampak sangat ramah saat melayani pelanggan.
(brl/pep)
RECOMMENDED ARTICLES
- Raminten, restoran bernuansa nyentrik di Jogja yang wajib dicoba
- Dawet Mbah Hari, es dawet legendaris Jogja berusia setengah abad
- Rasa Sayange, warung makan ikan khas Indonesia timur tiada duanya
- 30 Kuliner Jogja yang khas dan paling hits 2018
- 25 Kafe Jogja Instagramable banget, tempat nongkrongnya anak muda