Gudeg Kayu Hj Budiharjo, kuliner legendaris Jogja sejak 1973
Diperbarui 4 Sep 2019, 21:45 WIB
Diterbitkan 5 Sep 2019, 09:26 WIB
Brilio.net - Sesuai dengan namanya, Yogyakarta memang istimewa baik kulturnya maupun orangnya. Tak heran jika banyak orang berbondong-bondong datang ke Jogja untuk menghabiskan waktu liburannya. Jogja pun akhirnya semakin dikenal sebagai kota gudeg, kota budaya, dan juga dikenal sebagai kota pelajar.
Tak hanya itu saja, Jogja juga dikenal membumi dan akrab di hati sehingga selalu mengundang pelancong dari penjuru nusantara untuk selalu kembali. Apalagi nih, Jogja dikenal dengan kuliner alias jajanan-jajanan yang ringan di kantong dan beberapa tempat wisata yang begitu menakjubkan.
Berbicara mengenai Jogja memang tidak ada habisnya. Salah satu yang cukup banyak diburu adalah makanan khasnya, yakni gudeg. Jika di Jogja kamu memang dengan mudah bisa menemui gudeg dengan rasa dan nama yang cukup unik. Salah satunya Gudeg Kayu.
foto: Brilio.net/Lola Lolita
-
Gurih, pedas dan legitnya gudeg geprek, cita rasa baru kuliner Jogja Perpaduan rasanya benar-benar bikin lidah bergoyang.
-
Kisah Mbah Waginah, usia hampir seabad tetap semangat jual gudeg Resep gudeg sudah 45 tahun.
-
Berjualan sejak masa Orde Lama, kuliner dalam gang buatan adik Yu Djum ini ludes 2 jam Meski resep gudeg keluarganya sama, namun rasa gudeg yang dijual Yu Hadi ini punya ciri khas tersendiri.
Gudeg Kayu Hj Budiharjo ini merupakan alternatif bagi kamu yang lapar di tengah malam. Rasanya sudah tidak diragukan lagi. Sudah sejak 1973 Gudeg Kayu dikenal sebagai gudeg yang memiliki cita rasa khas dan mudah diterima oleh berbagai kalangan. Artinya gudeg ini sudah berjualan 46 tahun lamanya dan bisa dibilang legendaris.
Hj Budiharjo memulai usahanya sejak berusia 39 tahun hingga kini. Namun ketika ditemui brilio.net di lokasi tempat ia berjualan biasanya, Hj Budiharjo sedang tidak sehat. Sehingga hanya anaknya, Martini (46) saja yang bisa ditemui.
foto: Brilio.net/Lola Lolita
Gudeg Kayu menjadi daya tarik karena namanya yang unik. Banyak yang mengira bahwa gudeg Hj Budiharjo ini terbuat dari kayu. Namun hal itu tidak tepat, pasalnya cikal bakal adanya penamaan tempat makan ini lantaran lokasi berjualannya di sebuah toko kayu. Sehingga orang kala itu lebih senang menyebutnya Gudeg Kayu. Akhirnya Budiharjo memutuskan untuk memberi nama gudegnya dengan sebutan Gudeg Kayu.
foto: Brilio.net/Lola Lolita
"Pernah ada yang datang dan nanya, 'Bu, beli gudeg kayu'. Terus saya bilang, 'Ini gudegnya, gudeg nangka, bukan gudeg kayu'. Padahal kayu kan nggak bisa dimasak," kata Martini sembari tersenyum saat ditemui di warung Gudeg Kayu, Jl Laksda Adisucipto No 9, Demangan, Yogyakarta, Selasa (3/9).
Martini mengakui bahwa pada awalnya banyak yang datang untuk mencicipi gudegnya karena memang namanya yang unik. Banyak yang mengira gudeg tersebut berasal dari kayu. Namun meski demikian pelanggannya tersebut kembali datang keesokan harinya karena tak kecewa dengan rasa gudeg milih Hj Budiharjo ini.
Setiap kali ada yang datang, baik Budiharjo maupun Martini tak segan untuk menjelaskan mengapa dagangannya tersebut dinamakan Gudeg Kayu.
foto: Brilio.net/Lola Lolita
"Iya pada penasaran, 'Kok gudeg kayu?', ya kita jelasin saja, karena memang dulu jualannya di toko kayu. Siang buat jualan kayu, kalau malam buat jualan gudeg. Yang memberi nama juga para pelanggan. 'Yuk, beli gudeg yang di toko kayu itu'," ujar Martini.
Gudeg buatan Budiharjo ini menawarkan dua menu spesial, yakni yakni gudeg dan pecel. Dua-duanya memiliki cita rasa cukup enak dan menjanjikan. Namun yang menjadi primadona di sini adalah gudegnya. Rasanya tidak terlalu manis, sehingga mudah diterima oleh semua kalangan.
Dulunya, Gudeg Kayu berada di sebuah toko kayu yang berada di samping utara Hotel Saphir Jogja. Namun beberapa tahun lalu pindah ke Jl Laksda Adisucipto No.9.
foto: Brilio.net/Syamsu Dhuha
Gudeg Kayu buka setiap hari pada pukul 18.00 hingga 24.00 WIB. Untuk harga, kamu tak perlu khawatir. Sebab kamu sudah bisa menikmati gudeg legendaris ini mulai dari Rp 11.000 saja. Selamat mencoba!
(brl/gib)
RECOMMENDED ARTICLES
- Jalan panggung Whani Darmawan, pemeran Darsam di Bumi Manusia
- Yu Ning, istikamah 7 tahun memanen air hujan jadi air minum
- Sri Lestari, disabilitas paraplegia yang migunani terhadap sesama
- Mengenal Tolpit alias Adrem, makanan tradisional unik khas Bantul
- Hotel Tugu Jogja, bangunan megah bersejarah yang kini mangkrak
FOODPEDIA
Video
Selengkapnya-
Jalan Makan Shiki, resto sukiyaki bergaya kansai daging disajikan dengan permen kapas
-
Jalan Makan Kari Lam, jualan sejak 1973 membawa rasa nostalgia
-
Jalan Makan Sroto Eling-Eling, gurihnya kuah dan melimpahnya daging kuliner Banyumas