Cakwe Pak Ahmad, cakwe viral yang jualan 3 jam langsung ludes
Diperbarui 19 Des 2019, 16:18 WIB
Diterbitkan 19 Des 2019, 20:02 WIB
Brilio.net - Menikmati sore hari sambil berkumpul bersama keluarga tentu nggak lengkap tanpa camilan. Selain gorengan dan cookies yang cocok dinikmati dengan segelas teh hangat, cakwe juga menjadi camilan yang banyak dijadikan pilihan.
Terbuat dari tepung terigu dan memiliki rasa gurih, cakwe akan terasa lebih nikmat jika disantap dalam keadaan hangat. Makanan yang berasal dari Tionghoa ini memang sudah banyak dijual di beberapa daerah di Indonesia. Meskipun memiliki bentuk dan rasa sama, namun penyajian cakwe di beberapa daerah memiliki cara yang berbeda lho.
Jika biasanya cakwe di Yogyakarta dan daerah di Jawa Tengah dimakan dengan dicocol saus kemasan, maka berbeda nih dengan cakwe satu ini. Cakwe milik Pak Ahmad yang terletak di Jalan Jambon, Kricak Jatimulyo, Yogyakarta ini justru punya ciri khas tersendiri yang membuat cakwenya berbeda dari yang lain.
Bukan dengan saus kemasan, Pak Ahmad menyajikan cakwe-nya dengan sambal produksi sendiri. Rasa cakwe yang gurih dan hangat setelah diangkat dari minyak panas terasa begitu nikmat saat bersatu dengan sambal cair yang memiliki perpaduan rasa manis dan pedas. Kehadiran sambal buatan sang istri tersebut pun diakui Pak Ahmad menjadi nilai jual dari cakwenya.
"Kata orang-orang tuh, spesialnya karena pakai sambal gitu. Kesenangan anak-anak muda terutama," kata pak Ahmad saat ditemui brilio.net beberapa waktu lalu.
foto: brilio.net/Syamsu Dhuha FR
-
Trik jitu bikin adonan cakwe agar hasilnya mengembang dan berongga Masih banyak yang gagal untuk membuat cakwe sehingga hasilnya alot atau sulit dikunyah.
-
Resep cakwe goreng udang, nikmatnya jadi rebutan Camilan satu ini memanfaatkan sisa cakwe jadi camilan nikmat favorit keluarga.
-
Dalam sehari, es dawet Rp 2.000 Pak Slamet laku ratusan porsi Warung es dawet Pak Slamet ini telah berdiri sejak 1982 lho.
Sambal cakwe Pak Ahmad dibuat dari campuran gula jawa dan cabai halus yang kemudian direbus. Pak Ahmad juga mengungkapkan jika cita rasa istimewa yang hadir dari sambal buatan sang istri karena proses pembuatannya juga diciptakan dengan cara istimewa.
"Proses diistimewakan gitu. Dibikin enak gitu. Ya, enak bener kata orang-orang pembeli," lanjut Pak Ahmad.
Setiap hari Pak Ahmad dan istri sudah sibuk mempersiapkan dagangannya sedari pagi di kediamannya yang berjarak tak jauh dari lokasi jualannya. Pak Ahmad sendiri mulai mempersiapkan dagangannya pada pukul 13.00 WIB, sedangkan sang istri berkutat dengan sambal spesialnya sejak pagi.
Meski baru empat tahun berjualan di tempat yang sekarang, namun popularitas cakwe Pak Ahmad nggak perlu diragukan lagi. Mulai dibuka pukul 15.30 WIB, cakwe Pak Ahmad sudah ludes sebelum maghrib. Bahkan tak jarang para pengunjung rela mengantre hingga mengerumuni gerobak sederhananya itu.
Dalam sehari Pak Ahmad menghabiskan 10 kg adonan cakwe. Adonan yang diuleninya tersebut bisa menghasilkan kurang lebih 500 porsi cakwe yang habis dalam tiga jam saja. Saking tenarnya, cakwe Pak Ahmad ini nggak hanya diburu para pelanggan yang tinggal Yogyakarta dan sekitarnya lho.
"Dari orang jauh pun pada datang, nginep di hotel Jogja pun pada nyari makanan aneh. Kampungan gitu bilangnya. Ini kan makanan kampung, dari Bandung asalnya," ungkap ayah empat orang ini sembari tertawa.
foto: brilio.net/Syamsu Dhuha FR
Popularitas cakwe Pak Ahmad nggak bisa dipungkiri karena hadirnya media sosial. Beberapa waktu lalu, cakwe Pak Ahmad sempat viral di linimasa Instagram. Sejak saat itu, cakwenya mulai dikenal secara luas. Nggak hanya diburu para pelanggan, cakwe Pak Ahmad juga diliput banyak media.
Nggak hanya soal rasa, ukurannya yang besar dengan harga Rp 2.500 per potong itu dijamin bikin kamu puas buat menyantapnya. Apalagi disandingkan dengan teh hangat saat hujan turun di sore hari. Surga dunia!
Meski banyak diburu, namun cakwe Pak Ahmad juga mengalami pasang surut omzetnya. Apalagi saat musim hujan membuat para pelanggan enggan ke luar rumah. "Ya naik turun ya. Kadang-kadang ada satu juta lebih, ada kurang dari satu juta kadang-kadang," ungkapnya.
foto: brilio.net/Syamsu Dhuha FR
-
Sudah berjualan sejak 2000
Meski baru dikenal secara luas saat berjualan di lokasi sekarang, namun Pak Ahmad ternyata sudah mulai berjualan cakwe sejak 2000 silam. Bersama sang istri, Pak Ahmad sempat berjualan di depan sekolah-sekolah yang berada di kawasan Alun-Alun Utara. Setelah itu ia juga membuka dagangannya di Pasar Kranggan.
"Dulu bikinnya belum bisa, belum sebagus ini. Setelah saya capek, saya jualannya di Kranggan tahun 2000-an. Kemudian pindah ke sini sekitar empat tahun lalu (2015)," cerita Pak Ahmad.
foto: brilio.net/Syamsu Dhuha FR
Jika di lokasi sekarang Pak Ahmad membuka dagangannya pada sore hari, maka berbeda saat pertama kali berjualan yang justru mulai berjualan pada pagi hari. Pak Ahmad terbiasa memulai mempersiapkan kebutuhan dagangannya pada dinihari. Namun ternyata hal tersebut mulai memengaruhi kesehatan sang istri.
Tak mau kesehatan sang istri terganggu, Pak Ahmad memutuskan untuk berpindah lokasi dan waktu berjualan. Membuka dagangan pada sore hari ternyata memberikan dampak positif bagi dirinya dan istri. Pak Ahmad dan istri bisa menikmati waktu beristirahat pada dinihari layaknya orang pada umumnya.
Sebelum berjualan cakwe, Pak Ahmad pernah mengadu nasib di ibu kota. Selama di Jakarta, ia bekerja di salah satu pabrik minyak goreng. Saat bekerja di sana lah, kepiawaian Pak Ahmad dalam membuat cakwe mulai terbentuk. Berawal dari membantu seorang teman yang berjualan cakwe, ia mulai mengenal makanan satu ini.
Pak Ahmad tak sendiri, pasalnya cakwe ini ternyata juga menjadi bisnis keluarga yang juga dilakoni saudaranya. Usaha cakwe keluarganya ini dinamai Tiga Saudara. Meski sama-sama berjualan, namun tak ada persaingan di antara mereka. Mereka justru menunjukkan dukungannya untuk satu sama lain.
"Dulu saudara-saudara jualan semua, itu ada di Karatanita, di Kranggan, terus di UGM," kata Pak Ahmad.
Buat kamu yang penasaran dengan sensasi gurih cakwe bercampur sambal pedas manis milik Pak Ahmad, ada baiknya untuk datang pada 15.30 WIB hingga 17.30 WIB. Jika terlambat, kamu dijamin akan melewatkan cakwenya barang satu porsi saja, lantaran sudah kehabisan. Pak Ahmad juga menyajikan cakwenya dalam keadaan hangat.
foto: brilio.net/Syamsu Dhuha FR
Selama berjualan, pria yang selalu berjualan dengan masker ini nggak pernah berhenti membuat potongan-potongan cakwe dari adonan yang sudah disiapkan. Jadi kamu bakal mendapatkan cakwe yang masih dalam kondisi panas setelah diangkat dari minyaknya.
Nah, kalau kamu masih penasaran gimana sama wujud nyata dan cara memasak Cakwe Pak Ahmad ini, tonton dulu deh video Brilio di bawah ini. Awas ngiler!
RECOMMENDED ARTICLES
- Mie Ayam Bakar Nikmat, cara beda nikmati mie sekaligus ayam
- Geblek Pari, 'harta karun' wisata Jogja yang menakjubkan
- Cerita Eross Candra mau isi 1 lagu milik ROKET band baru Jogja
- Kisah Kampung Pitu Nglanggeran, kampung yang wajib dihuni 7 KK
- Karier moncer Agan Harahap, berawal dari album Facebook teman
FOODPEDIA
Video
Selengkapnya-
Jalan Makan Shiki, resto sukiyaki bergaya kansai daging disajikan dengan permen kapas
-
Jalan Makan Kari Lam, jualan sejak 1973 membawa rasa nostalgia
-
Jalan Makan Sroto Eling-Eling, gurihnya kuah dan melimpahnya daging kuliner Banyumas