Nasi Langgi Pak Man, kuliner malam legendaris Jogja sejak 1988
Diperbarui 17 Sep 2019, 09:35 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2019, 11:01 WIB
Brilio.net - Jogja memang menjadi salah satu surga kuliner makanan lezat dan tentunya murah di kantong. Seakan wisata kuliner ini tak pernah berhenti dan mengenal waktu, berbagai makanan dan minuman dapat kamu nikmati dari pagi hingga malam menjelang.
Menjelang sore tiba, suasana kota pelajar ini masih ramai dengan kendaraan melintas. Salah satunya di Jalan Magelang. Daerah ini termasuk daerah ramai sekaligus strategis, tak jauh dari pusat kota dan cukup dekat dengan beberapa kampus.
Usai maghrib tiba, salah satu kuliner pedas paling populer di Jalan Magelang adalah Nasi Langgi Pak Man. Karena merasa penasaran, brilio.net mencoba mengunjungi tempat itu. Ada seorang pria bertopi hijau dan berkaus biru dongker menyambut dengan baik semua orang yang datang. Ia adalah Putra Setyawan (32), anak pemilik Nasi Langgi Pak Man yang kini mengurus dan menangani warung tersebut.
foto: brilio.net/dwiyana pangesthi
-
Nasi Teri Gejayan Pak Dul, kuliner malam legendaris Jogja 90-an Daerah Gejayan dikenal akan surga kuliner pedas tengah malam.
-
10 Makanan khas Jogja yang wajib kamu coba Tapi apalah artinya kalau kamu jalan-jalan tanpa berburu kuliner khas Jogja. Hampa!
-
15 Wisata kuliner Jogja yang enak, murah, dan terkenal Cuma bawa Rp 10.000 saja dijamin sudah bisa kenyang
"Bapak ibu mulai usaha sejak saya usia satu tahun, tahun 1988. Kalau disebut nasi rames itu nggak, karena menunya condong ke angkringan. Padahal dulu nasi angkringan paling bagus itu tempe, apa sambel. Nasi teri aja ibu baru masak sekitar tahun 1995-an. Tapi kalau mau diakui pelopor nasi langgi Jogja, itu di sini," kata Putra memulai perbincangan.
Banyak orang tertarik dengan Nasi Langgi karena mereka penasaran dengan namanya. Menurut penuturan Putra, Nasi Langgi sendiri aslinya merupakan nasi para bangsawan, yang dimakan oleh orang kaya.
Bentuk Nasi Langgi yang asli tak berbeda jauh dari nasi tumpeng. Namun, di tempat Nasi Langgi Pak Man ini menjual versi Nasi Langgi yang merakyat. Awal mulanya, Mugiman (Pak Man) dan Wakinah, orangtua Putra melihat anak-anaknya suka makan pedas dan minta lagi. Kemudian seiring berjalannya waktu orang tuanya pun menjual Nasi Langgi itu. Ternyata justru banyak orang suka dengan masakannya.
foto: brilio.net/dwiyana pangesthi
"Setahu saya kalau Nasi Langgi asli ada nasi, srundeng, empal sapi, ayam suir, ada kering tempe kacang, sambel, dan lalapan. Kalau bukaan awal, cuma versi rakyatnya, ada tempe kering, nasi, telur, dikasih abon sama sambel," ujar Putra saat ditemui di warung cabang terbarunya di Kragilan, Sinduadi, Sleman Yogyakarta.
Diketahui, kini bisnis Nasi Langgi Pak Man ini sudah buka di tiga tempat. Awalnya Nasi Langgi Pak Man ini buka di rumahnya saja, di Jalan Pingit yang hanya berukuran 3 kali 5 meter. Sehingga orang-orang yang makan di sana harus makan di emperan rumah. Namun, sejak 10 tahun terakhir Putra mulai mengembangkannya dengan membuka cabang kaki lima di Jalan Magelang no 214.
foto: brilio.net/dwiyana pangesthi
Nasi Langgi Pak Man ini menawarkan berbagai macam lauk seperti kering tempe, telur suwir, oseng jamur, oseng teri, oseng usus, oseng daun pepaya dan banyak lainnya. Meski menunya paten namun pembeli bebas memilih selera lauk yang diinginkan.
Nah, untuk kamu yang suka menu pedas dan penasaran dengan Nasi Langgi Pak Man, harga per porsinya dibanderol cukup murah. Mulai Rp 6 ribu dengan mendapat dua sayur. Tetapi, kalau kamu ingin menambah lauk lain cukup membayar seribu per sendok masakan.
Selain itu, ada juga lauk seperti telur ceplok, tahu bacem, martabak dan juga sate telur puyuh untuk menjadi pelengkap nasi langgi. Di cabang yang baru satu tahun buka ini Putra membuat menu pendamping baru seperti sayur sop, maupun lodeh yang setiap harinya berganti. Untuk minumnya sendiri hanya dibanderol Rp 3 ribu.
foto: brilio.net/dwiyana pangesthi
Hampir setiap hari ketiga warung Nasi Langgi Pak Man ini selalu ramai oleh pembeli. Setidaknya 700 porsi nasi langgi ludes terjual. Bahkan saking ramai peminatnya ada juga pembeli yang pernah bertanya pada Putra apa rahasianya.
"Kadang orang-orang yang lihat pengusaha-pengusaha yang sudah jalan dan laris, saya ini sering banget ditanya, 'Mas, dukunnya di mana? Pakai pelaris apa? Masnya punya dukun di mana?', kan nggak instan. Kalau sekarang emang manis, tapi dulunya kalau jual bangun pagi jam 6 jualan sampai malem tidur jam 1-an. Ya tidur cuma sekitar 3 jam. Pernah satu kampung sedang makan kambing guling, tapi kalau sudah waktunya jualan saya berangkat jualan. Meski hujan ya dorong gerobak," terangnya.
"Ya namanya usahakan nggak langsung ramai. Karena mungkin juga saat ini kan ada bantuan media sosial. Dulu sebelum ada medsos, walaupun di dalam gang suka rame, karena dari mulut ke mulut. Dapat langganan tetap. Ada kesempatan buka di pinggir jalan, baru buka kaki lima," tambah Putra.
Kuliner serba pedas ini juga diminati salah seorang mahasiswi Jogja bernama Tyas (21) yang mengaku beberapa kali makan di Nasi Langgi Pak Man. Selain tempatnya nyaman, lauk pauknya juga dianggapnya simpel dan bikin ketagihan.
"Seneng makan di sini karena pedesnya pas buat aku, dan juga tempatnya nyaman sama deket kos. Kalau lauk yang paling aku suka, teri, jamur, kering tempe sama oseng mie. Biasanya martabak nggak ketinggalan," ujar Tyas kepada brilio.net.
foto: brilio.net/dwiyana pangesthi
Menariknya semua menu masakan yang ada itu diolah langsung dari tangan kedua orangtuanya dan Putra saja. Sehingga kualitas rasa tidak pernah berubah. Para karyawannya hanya membantu meracik-racik bahan dan menyajikan saja.
"Tempe besar 25 lonjoran besar, jamur 10 kg. Kalau total cabai rawit, cabai merah, dan cabai hijau 23 kg per hari. Kalau pas cabai mahal, kualitas tetap terjaga, harga nggak pernah naik, makanya bisa bertahan puluhan tahun. Yang masak saya, kakak, atau ibu, memakai resep rahasia keluarga," tutur Putra anak bungsu Pak Man ini.
Soal suasana jangan ditanya deh! Tempat makan Nasi Langgi Pak Man ini menawarkan suasana asli Jawa dengan bangunan ala Joglo, fasilitasnya pun lengkap tempat makan yang nyaman, ada toilet, musala, dan tempat parkir yang cukup luas.
Tak heran ada juga seleb yang pernah mencicipi kuliner Nasi Langgi Pak Man seperti Rio Febrian dan Hudson. Namun kalau kamu lebih suka dengan suasana ala kali lima, kamu bisa juga memilih cabang Nasi Langgi Pak Man yang berada di Jalan Magelang.
foto: brilio.net/dwiyana pangesthi
Nasi Langgi Pak Man yang berada di Jalan Pinggit buka Senin hingga Sabtu pukul 15.00- 22.00 WIB. Di Jalan Magelang buka Senin hingga Sabtu pukul 18.00-22.30 WIB dan di Kragilan buka setiap hari pukul 15.00-22.00 WIB.
Selamat mencoba dan berkuliner di Jogja!
(brl/gib)
RECOMMENDED ARTICLES
- Gudeg Kayu Hj Budiharjo, kuliner legendaris Jogja sejak 1973
- Setyanto, pria 81 tahun di balik legendarisnya Bajigur Tamansari
- Mengenal Tolpit alias Adrem, makanan tradisional unik khas Bantul
- Djoyo Kitchen, tempat sajian makanan berkuah yang bikin nostalgia
- Sate Ratu, kuliner khas Jogja langganan turis mancanegara
FOODPEDIA
Video
Selengkapnya-
Jalan Makan Shiki, resto sukiyaki bergaya kansai daging disajikan dengan permen kapas
-
Jalan Makan Kari Lam, jualan sejak 1973 membawa rasa nostalgia
-
Jalan Makan Sroto Eling-Eling, gurihnya kuah dan melimpahnya daging kuliner Banyumas