Pelajaran dari kasus food vlogger di Jogja, etika review makanan agar tak kena blacklist pengusaha F&B

Pelajaran dari kasus food vlogger di Jogja, etika review makanan agar tak kena blacklist pengusaha F&B
foto: Pexels/Anna Shvets

Brilio.net - Menjadi seorang food vlogger kini bukan hanya soal merekam pengalaman menikmati makanan, tapi juga tentang bagaimana menyampaikan ulasan atau review makanan dengan cara yang adil dan bertanggung jawab. Sayangnya, tak semua pelaku industri ini memahami etika dalam memberikan ulasan makanan. Baru-baru ini, terjadi kasus di Jogja yang bisa menjadi pelajaran penting bagi semua food vlogger.

Seorang food vlogger tersebut mendapat kecaman dan bahkan diblacklist oleh pengusaha kuliner lokal setelah memberikan ulasan yang dianggap menjatuhkan. Dalam ulasannya, vlogger tersebut menggunakan bahasa yang provokatif dan cenderung tidak menghargai usaha pengusaha kuliner. Hal ini berujung pada kontroversi besar di media sosial dan menjadi sorotan para pelaku industri kuliner. Kasus ini mengingatkan siapa saja bahwa menjadi food vlogger memerlukan sikap profesional dan bijaksana dalam menyampaikan kritik, tidak hanya demi menghormati kerja keras orang lain tetapi juga menjaga citra diri di mata publik.

Melalui kasus ini, penting untuk meninjau ulang apa saja etika yang harus dipatuhi oleh seorang food vlogger dalam memberikan review makanan agar dapat memberikan nilai tambah tanpa menimbulkan permasalahan.

Apa itu food vlogger dan tanggung jawabnya?

Seorang food vlogger adalah individu yang secara aktif membuat konten video mengenai makanan, baik itu ulasan restoran, resep masakan, maupun eksplorasi kuliner. Dengan makin banyaknya orang yang terjun ke dunia ini, tanggung jawab food vlogger tidak lagi hanya sekadar mencicipi makanan dan membagikannya di media sosial. Ada aspek profesionalisme yang harus dijaga, terutama dalam memberikan ulasan makanan.

Review makanan adalah sarana bagi penonton untuk mendapatkan informasi seputar kualitas, rasa, harga, dan pelayanan sebuah restoran atau tempat makan. Namun, review makanan juga bisa menjadi pedang bermata dua. Ulasan yang tidak tepat atau bernada kasar dapat merusak reputasi sebuah bisnis, terutama jika dilakukan oleh seseorang dengan pengaruh besar seperti food vlogger.

Mengapa etika sangat penting dalam review makanan?

Dalam industri kuliner, ulasan atau review makanan memiliki pengaruh besar terhadap popularitas suatu tempat makan. Oleh karena itu, ulasan harus diberikan dengan penuh pertimbangan dan tanggung jawab. Seorang food vlogger harus paham bahwa sebuah restoran adalah hasil kerja keras dari tim yang terdiri dari banyak orang. Mengkritik dengan cara yang merendahkan bukan hanya akan merusak reputasi restoran tersebut, tetapi juga mengurangi kredibilitas food vlogger sendiri.

Etika menjadi hal yang sangat penting agar review makanan tidak hanya bermanfaat bagi penonton, tetapi juga adil bagi pemilik usaha. Dengan memberikan ulasan yang seimbang dan jujur, food vlogger dapat memberikan masukan berharga sekaligus mempertahankan relasi yang baik dengan pelaku industri kuliner.

Bagaimana cara memberikan review makanan yang baik?

1. Jujur dan objektif.

Memberikan review yang jujur adalah hal yang wajib. Jika makanan yang dicicipi kurang enak, sampaikan secara objektif tanpa berlebihan. Gunakan kata-kata yang sopan dan konstruktif agar pemilik usaha bisa menerima masukan tersebut tanpa merasa diserang. Kritik yang baik adalah yang membangun, bukan yang menjatuhkan.

2. Menghormati pekerja di industri kuliner.

Sebagai food vlogger, kamu harus menghormati kerja keras yang telah dilakukan oleh para chef, pelayan, dan semua orang di industri tersebut. Sebuah review makanan seharusnya tidak merendahkan atau menghina mereka. Berikan apresiasi pada usaha yang telah mereka lakukan, meskipun ada hal yang perlu diperbaiki.

3. Hindari bahasa kasar.

Menggunakan bahasa yang kasar atau sarkastik hanya akan merugikan food vlogger itu sendiri. Penonton akan lebih menghargai ulasan yang disampaikan dengan profesional dan elegan. Hindari kata-kata yang dapat menimbulkan kesalahpahaman atau konflik.

4. Memahami konteks dan kultur.

Setiap restoran atau tempat makan memiliki kultur dan konsep yang berbeda. Sebagai food vlogger, penting untuk memahami konteks tempat tersebut sebelum memberikan ulasan. Misalnya, jangan memberikan kritik negatif pada restoran yang menyajikan makanan tradisional hanya karena kamu tidak suka jenis makanannya. Pastikan untuk menilai secara adil berdasarkan standar restoran tersebut.

5. Gunakan data pendukung.

Ulasan yang baik juga didukung oleh fakta atau data yang relevan. Kamu bisa membandingkan harga dengan tempat makan sejenis, atau memberi penilaian berdasarkan standar industri. Dengan begitu, review makanan yang kamu sampaikan lebih informatif dan tidak sekadar opini pribadi.

Apa yang harus dihindari dalam review makanan?

Selain menerapkan etika yang baik, ada beberapa hal yang harus dihindari saat memberikan review makanan:

- Jangan menyebarkan kebencian:

Jangan biarkan ketidaksukaan pribadi terhadap restoran atau makanan menjadi alasan untuk menyebarkan kebencian. Review makanan yang penuh emosi negatif hanya akan memperburuk situasi dan merusak hubungan.

- Hindari plagiarisme:

Jangan pernah menyalin ulasan dari food vlogger lain atau sumber lain tanpa memberikan kredit. Originalitas sangat penting dalam dunia konten kreator, termasuk bagi food vlogger.

- Jangan mengkritik hanya untuk konten viral:

Mengkritik secara berlebihan hanya untuk mendapatkan perhatian atau membuat konten viral adalah langkah yang tidak etis. Tetaplah fokus pada memberikan ulasan yang jujur dan bermanfaat.

Mengapa kasus di Jogja menjadi pelajaran?

Kasus yang terjadi di Jogja baru-baru ini, di mana seorang food vlogger diblokir atau diblacklist oleh pengusaha kuliner karena memberikan review yang menjatuhkan, adalah contoh nyata dari bagaimana ulasan yang tidak beretika bisa membawa dampak buruk. Dalam dunia digital, setiap ulasan yang disebarkan bisa dengan cepat menyebar luas dan mempengaruhi bisnis seseorang. Ketika review makanan disampaikan dengan nada merendahkan atau provokatif, pemilik usaha berhak membela diri dan mengambil langkah untuk melindungi reputasi bisnisnya.

Oleh karena itu, food vlogger harus selalu ingat bahwa konten yang mereka buat tidak hanya dinikmati oleh penonton, tetapi juga berdampak langsung pada kehidupan banyak orang. Menjaga etika dalam review makanan bukan hanya soal menjaga hubungan baik dengan pengusaha kuliner, tapi juga membangun reputasi sebagai konten kreator yang profesional dan dihormati.

(brl/tin)

Video

Selengkapnya
  • Jalan Makan Shiki, resto sukiyaki bergaya kansai daging disajikan dengan permen kapas

    Jalan Makan Shiki, resto sukiyaki bergaya kansai daging disajikan dengan permen kapas

  • Jalan Makan Kari Lam, jualan sejak 1973 membawa rasa nostalgia

    Jalan Makan Kari Lam, jualan sejak 1973 membawa rasa nostalgia

  • Jalan Makan Sroto Eling-Eling, gurihnya kuah dan melimpahnya daging kuliner Banyumas

    Jalan Makan Sroto Eling-Eling, gurihnya kuah dan melimpahnya daging kuliner Banyumas

Review

Selengkapnya