3 Tips kurangi kebiasaan minum bubble tea buat yang kecanduan
Diperbarui 19 Jul 2019, 18:54 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2019, 22:29 WIB
Brilio.net - Bubble tea yang juga biasa disebut dengan Taiwanese tea, pearl tea, atau boba tea kini tengah menjadi salah satu minuman hits. Ia banyak dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat, baik tua maupun muda. Rasanya yang enak membuat kepopulerannya saat ini hampir menyaingi Thai tea.
Ciri khas dari bubble tea ini sendiri terletak dari adanya puding tapioka. Puding tersebut kemudian dibentuk menyerupai bola-bola kecil. Karenanya, tak heran jika minuman yang satu ini disebut sebagai bubble tea.
foto: eatbook.sg
-
Terlalu banyak minum bubble tea, isi perut remaja ini mengerikan Bubble tea kini sedang jadi minuman yang digandrungi orang-orang.
-
Sering dikonsumsi, 10 minuman ini ternyata mengandung tinggi gula Menurut Kemenkes, anjuran konsumsi gula untuk orang dewasa adalah 50 gram perhari atau setara dengan 4 sendok makan.
-
9 Cara membuat boba, mudah dan cocok untuk aneka kreasi dessert Berbentuk bola-bola mutiara, boba biasanya dijadikan sebagai isian dalam aneka minuman.
Namun, tahukah kamu? Di balik rasa manisnya yang bikin nagih, minuman yang satu ini rupanya memiliki dampak yang kurang baik untuk kesehatan.
Dilansir brilio.net dari World of Buzz, Jumat (19/7), berdasar keterangan dari pihak Rumah Sakit Mount Alvernia, teh hitam dan teh hijau memang memiliki manfaat baik bagi kesehatan, seperti mengurangi risiko kanker, penyakit kardiovaskular, dan bahkan diabetes. Akan tetapi, ketika teh tersebut dicampurkan dengan krimer non-susu dan puding tapioka yang terjadi justru sebaliknya. Manfaat yang baik tadi justru hilang.
Dikutip pula dari Business Insider, krimer non-susu merupakan pengganti susu yang mengandung lemak trans dalam bentuk minyak kelapa sawit terhidrogenasi. Nah, minyak kelapa sawit yang terhidrogenasi ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Lebih jauh, ahli gizi pun telah menetapkan bahwa rata-rata asupan gula yang dibutuhkan oleh orang dewasa setiap harinya berkisar antara 8-11 sendok teh, sedangkan untuk anak-anak tak lebih dari 5 sendok teh. Sementara itu, bubble tea yang kita minum tersebut mengandung lebih dari 18,5 sendok teh gula per gelas.
foto: Youtube/Guitar Singapore Travels
Itu baru hitungan gulanya, belum topping-nya. Perlu diketahui, bubble atau topping pada minuman tersebut bukannya tidak mengandung gula. Pada proses pembuatannya, sebelum disajikan ke dalam minuman, ia telah direndam dalam sirup gula.
Tapi, tenang. Kalau sudah terlanjur ketagihan dengan minuman yang satu ini, kamu tak perlu untuk langsung berhenti mengonsumsinya.
Untuk menyiasati banyaknya kandungan gula pada minuman ini, brilio.net punya beberapa tips. Pertama pilih ukuran gelas yang lebih kecil dengan kadar gula yang lebih rendah. Kedua, pilihlah topping yang berkalori rendah. Ganti topping bubble dengan lidah buaya atau mutiara putih, misalnya. Ketiga, mintalah susu yang rendah lemah. Terakhir, batasi porsi konsumsi, misalnya hanya seminggu sekali.
Nah, jadi gimana, pengen langsung berhenti konsumsi atau berhenti perlahan nih?
(brl/gib)
RECOMMENDED ARTICLES
- Jadi minuman hits, ini 5 bahaya minum bubble tea terlalu sering
- Terlalu banyak minum bubble tea, isi perut remaja ini mengerikan
- 10 Potret handsfree bubble tea challenge ini bikin geleng kepala
- 20 Cara ampuh hilangkan biang keringat dengan bahan rumahan
- 8 Dampak buruk sering menggunakan headset bagi kesehatan
FOODPEDIA
Video
Selengkapnya-
Jalan Makan Shiki, resto sukiyaki bergaya kansai daging disajikan dengan permen kapas
-
Jalan Makan Kari Lam, jualan sejak 1973 membawa rasa nostalgia
-
Jalan Makan Sroto Eling-Eling, gurihnya kuah dan melimpahnya daging kuliner Banyumas