Sengaja bikin konsep menjual pizza yang antimainstream.
Ide untuk menambahkan menu pizza di restorannya tak hanya sekadar membuatkan dan menyajikan hidangan tersebut untuk pelanggan. Tetapi, Ali juga mempersilakan pengunjung yang ingin membuat pizza sendiri di restorannya. Bukan tanpa alasan, keputusan untuk membuat konsep yang antimainstream ini didasari oleh pengamatan Ali akan anak-anak muda di media sosial zaman sekarang yang gemar tampil dan membagikan kegiatan sehari-hari lewat internet.
Dulunya ia sempat membayangkan, orang-orang sepertinya antusias dengan kegiatan membuat dan mencicipi pizza buatan sendiri, lalu momen tersebut akan diabadikan lewat foto ataupun video. Ali mengatakan, imajinasinya tersebut rupanya benar-benar terjadi. Kini, semua pelanggan yang datang dan ingin membuat pizza di tempatnya pasti sudah berdandan rapi dan siap dengan kamera ponsel masing-masing. Bahkan, tak jarang ia dibuat kagum usai mendapati konten medsos tentang restorannya yang viral usai diunggah oleh pelanggan, terutama di Instagram dan TikTok.
-
Dari pencuci piring pria ini naik pangkat jadi bos di restoran, wow! Secara kebetulan ayahnya juga seorang pencuci piring di sebuah kafetaria di Kopenhagen.
-
Nih 6 Fakta kedai kuliner khas Sambas berkonsep peranakan di Bintaro Penyajian kopi di kedai ini tetap mempertahankan cara-cara tradisional
-
Pernah punya 4 cabang rumah makan, kisah pilu pedagang bangkrut usai alami hal ini Semakin banyak orang memilih untuk terjun ke bisnis kuliner, memanfaatkan potensi pasar yang terus berkembang.
Kisah generasi keempat melestarikan warung legendaris bu Spoed, pertahankan cita rasa sejak 1920
foto: brilio.net/shahfara
Hal ini pun dibenarkan oleh salah satu pelanggan bernama Tia. Wanita ini mengaku sudah dua kali singgah di Kopi Wongso. Sebelumnya, ia mengetahui tempat ini usai melihat konten soal pizza Kopi Wongso yang viral di TikTok dan penasaran ingin mencoba membuat pizza sendiri. Tia pun mengatakan, jarak Kopi Wongso dan tempat tinggalnya tak terlalu jauh, hanya sekitar 15 menit perjalanan menggunakan sepeda motor, sehingga ia tak keberatan untuk sering-sering mampir ke tempat ini.
Pria ini resign, bukan bikin kedai kopi pilih jualan rempah kekinian, sukses masuk event internasional
"Excited (tertarik) banget, karena jadi pengalaman baru bikin pizza yang dimakan sendiri. Ternyata walaupun kelihatannya gampang, ya nggak gampang juga bikinnya. Tapi seru banget diajarin gimana cara bikin adonan pizza, cara naburin topping, juga masukkin (pizza) ke panggangan," ucapnya sembari menikmati sepotong pizza di Kopi Wongso.
Pizza di Kopi Wongso punya cita rasa khas Eropa, tapi tetap mengandalkan bahan lokal.
Brilio juga berkesempatan mengobrol dengan salah satu pegawai di Kopi Wongso, namanya Ibon. Pria yang berkuliah di Universitas Negeri Yogyakarta ini sudah bekerja secara part-time selama 2 bulan di restoran ini. Rupanya, satu bulan pertama bekerja ia lalui dengan berlatih membuat pizza di bawah bimbingan Ali. Pasalnya, pizza di Kopi Wongso tak dibuat secara main-main, supaya bisa menghasilkan pizza bercita rasa khas Eropa.
Meski begitu, Ibon menjelaskan, pizza di Kopi Wongso dibuat pakai bahan-bahan yang hampir semuanya lokal. Salah satunya, ada keju mozarella yang diambil dari produsen keju asal Banyuwangi. Rasa keju lokal tersebut gurih, creamy, juga sedikit asam, tetapi keju ini tak menyebabkan enek karena aromanya masih terbilang cukup ringan.
"Kejunya lokal, karena rasanya lebih cocok sama lidah orang sini," kata Ibon usai meletakkan adonan pizza di alat pemanggang.
foto: brilio.net/shahfara
Selain keju, ada satu komponen lagi yang spesial dari pizza Kopi Wongso ini, yakni sausnya. Sayangnya, kami tak datang saat pagi, sehingga tak bisa melihat langsung proses pembuatannya. Ali mengatakan, saus pizza ala restorannya ini diolah menggunakan tomat lokal. Hal ini terkadang jadi tantangan baginya, karena menurutnya kualitas tomat lokal zaman sekarang sudah mulai menurun.
"Cuman, mungkin kendalanya tomat sekarang beda sama dulu. Dulu ada tomat asli Jawa, itu bagus, bentuknya kayak waluh (labu) itu, tomat sekarang genetiknya diatur jadi bulat-bulat dan airnya terlalu banyak, asam juga rasanya, kalau yang dulu airnya tidak terlalu banyak, jadi enak," ungkapnya.
foto: brilio.net/shahfara
Lantaran sudah berkecimpung di dunia kuliner sejak lama, Ali paham betul soal bahan-bahan masakan, apalagi tomat yang ia gunakan sehari-hari untuk membuat pizza di restorannya. Meski begitu, ia memiliki teknik masak rahasia. Sehingga, saus untuk dioleskan ke pizza buatannya bisa tetap kental, enak, dan mirip dengan saus pizza khas Eropa, meskipun dibuat dari tomat lokal yang kualitasnya berbeda.
Sementara untuk adonannya, Ali tak 100 persen menggunakan tepung lokal, melainkan mencampurkannya dengan tepung impor dari Eropa. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan roti pizza yang ketebalan dan teksturnya pas, yakni cenderung tipis tapi tetap empuk saat dikunyah. Menurut Ali, masih belum ada jenis tepung lokal asli Indonesia yang pas untuk dibuat jadi pizza.
Selain itu, Ali juga bercerita kalau ia tak pernah muluk-muluk saat memberikan topping pizza. Biasanya, ia hanya menggunakan topping seperti daging, pepperoni, tomat, ataupun bawang bombay saja. Ia berpendapat, pizza justru kurang nikmat kalau diberi topping yang aneh-aneh. Ia pun menuturkan, kalau topping pizza tak berlebihan, lidah orang yang menyantapnya justru lebih mudah menikmati rasa asli dari adonan, saus, serta keju pada pizzanya.
"Saya juga nggak pernah kasih (pelengkap) saus atau sambal kalau nggak diminta," imbuh Ali.
foto: brilio.net/shahfara
Niat membangun restoran bukan semata-mata karena cuan.
Salah satu alasan Ali mendirikan Kopi Wongso lantaran ia ingin memiliki kesibukan untuk mengelola hal-hal yang indah. Nggak heran kalau restoran ini berlokasi di area persawahan, karena suasana kota menurutnya membosankan. Di samping itu, Ali juga mendesain restorannya agar terlihat vintage dari perabot-perabot kayu, menempatkan banyak pot bunga, dan membiarkan berbagai tanaman liar tumbuh subur mengelilingi restorannya.
Ali juga sengaja membuat alat untuk memasak pizza di restorannya begitu klasik, yaitu masih pakai tembok bata bercerobong asap dan menggunakan bahan bakar kayu. Alat dan bahan pemanggang pizza ini menurutnya sangat menarik dan jadi ciri khas restorannya. Sementara dari segi hidangan, Ali menjelaskan, memasak pizza dengan peralatan ini juga sangat bermanfaat untuk menghasilkan pizza dengan aroma nikmat.
foto: brilio.net/shahfara
Belum sampai situ saja, Ali juga mengatur restoran miliknya supaya 'kids friendly' atau ramah untuk anak-anak. Terbukti dari adanya kolam renang khusus untuk anak di pekarangan Kopi Wongso, tempat penyewaan sepeda, tempat belajar naik kuda, sampai fasilitas seni melukis.
Bahkan, sesekali Ali menyempatkan waktu untuk membuka kelas melukis dan berkuda untuk anak-anak di restorannya, lho. Hal-hal seperti ini rupanya yang membuatnya bahagia, karena ia bisa melakukan banyak kegiatan bermanfaat di restorannya, alih-alih menjalankan bisnis yang fokusnya hanya mendapatkan keuntungan berbentuk uang.
foto: brilio.net/shahfara
Ali pun mengaku sempat beberapa kali diajak bekerja sama oleh sejumlah influencer untuk mempromosikan bisnisnya. Namun, dirinya memilih menolak ajakan tersebut karena ingin bisnisnya berjalan secara organik. Sebab, pria ini punya prinsip mengutamakan kenyamanan pelanggan di restorannya dengan pelayanan yang baik, disiplin, dan selalu menjaga kondisi restoran bersih.
"Dengan seperti ini aja udah banyak customer (pelanggan). Saya maunya organik, kalau ditambahi dengan kolaborasi dengan influencer, malah tambah parah (ramai), nanti malah ngecewain," pungkasnya.
foto: brilio.net/shahfara
Buat kamu yang tertarik nongkrong di Kopi Wongso, harga makanan dan minumannya relatif terjangkau. Untuk beberapa minuman dan camilan dibanderol dengan harga mulai dari Rp10.000-an saja.
Tetapi, berbeda dengan pizza-nya, lantaran dijual per loyang dengan isi 8 potong atau slice pizza, hidangan ini punya harga Rp75.000. Nah, buat kamu yang tertarik beli pizza di sini, jangan lupa ajak teman atau kerabat buat makan bareng, ya.