Brilio.net - Suasana ramai terlihat di Jalan Ir H Juanda, Depok, Jawa Barat saat memasuki jam makan siang. Tak jauh dari Halte Juanda, terdapat sebuah warung nasi bernama Warung Makan Gratis SiJum Depok. Antrean pun terlihat mengular hingga ke trotoar jalan.

Warung makan SiJum mulai ada di Depok sejak 2016. Awalnya, seorang ustaz asal Klaten bernama Andre Raditya berniat bersedekah dengan berbagi makanan gratis setiap hari Jumat untuk para jemaah masjid di Klaten, Jawa Tengah. Akhirnya, ia menamai kegiatan rutin tersebut dengan nama SiJum yang merupakan kepanjangan dari Nasi Jumat.

"Jadi awalnya itu namanya SiJum. SiJum itu singkatan dari Nasi Jumat. Awal terbentuknya tujuh tahun yang lalu. Nah, namanya SiJum karena memang dari dulu berbagi nasi di hari Jumat aja. Pionirnya itu adalah ustaz Andre Raditya," ujar pengurus Warung SiJum Depok, Humairoh atau yang akrab disapa Mira saat ditemui brilio.net, Kamis (21/9).

foto: Brilio.net/Dewi Suci

Mira pun tergerak untuk melakukan hal yang sama usai membaca tulisan ustaz Andre Raditya tentang pengalamannya berbagi makanan setiap hari Jumat. Akhirnya, Mira berinisiatif menghubungi ustaz Andre dan menyatakan niat dan keinginannya untuk berbagi nasi gratis setiap hari Jumat.

Akhirnya, SiJum yang awalnya berada di Klaten pun semakin meluas ke beberapa daerah lainnya di Indonesia. Mira mengaku dipercaya untuk menjalani kegiatan berbagi Nasi Jumat di lingkup Jabodetabek. Setelah itu, ia fokus mengurus SiJum di wilayah Depok, Jawa Barat.

foto: Brilio.net/Dewi Suci

"Awalnya mau coba jalanin di Depok, tapi dipercaya sama ustaz untuk jalanin di Jabodetabek dan Bandung. Seiring berjalannya waktu, saya lumayan hectic kalau harus handle semuanya sendiri. Akhirnya karena domisili di Depok, jadi saya handle yang di sini. Dan itu di tahun yang sama dengan berdirinya SiJum di Klaten. Beda beberapa bulan saja," sambungnya.

Mira kerap berpindah-pindah masjid setiap Jumat untuk membagikan makanan gratis. Tak hanya di masjid, ia juga terkadang berbagi makanan di jalanan.

"Biasanya kita bagi-bagi Nasi Jumat di masjid. Makanannya sudah kita kemas. Terlebih semenjak pandemi yang dampaknya luar biasa ke ekonomi. Saat pandemi, kita pernah selama tiga bulan nggak berhenti bagi-bagi sembako dan makanan," ungkapnya.

Mira mengungkapkan semenjak pandemi, banyak pekerja yang terdampak secara ekonomi. Hal itu yang mendorongnya ingin berbagi kepada masyarakat lebih luas. Bersama ustaz Andre, akhirnya ia memutuskan untuk membuka warung makan gratis yang melayani masyarakat dari Senin sampai Jumat.

Berawal dari niat baik untuk berbagi, kini Warung SiJum sudah ada di 150 kota di Indonesia. Namun, belum semuanya membuka warung makan gratis karena keterbatasan dana dan sumber daya manusia. Sebagian daerah ada yang masih menjalankan kegiatan berbagi nasi pada Jumat saja.

foto: Brilio.net/Dewi Suci

"Ustaz Andre bilang ke kita kalau akan buka warung makan gratis. Alhamdulillah untuk warung nasi gratisnya itu sudah ada di Klaten yang menjadi pusatnya. Lalu ada di Depok juga dan ada di beberapa wilayah lain," bebernya.

 

 

Niat untuk berbagi rupanya tak selalu berjalan mulus

Niatnya untuk berbagi rupanya tak selalu berjalan mulus. Usai mendirikan Warung Makan Gratis SiJum Depok, banyak yang menduga label 'gratis' yang tersemat di warung ini merupakan bagian dari strategi marketing dan hanya akan berlangsung dalam waktu sebentar.

"Awalnya kita masak 30 porsi, itu pun nggak habis waktu itu. Karena orang belum tahu dan banyak yang takut tak sesuai dengan kata gratis. 'Ah nanti pas udah dateng dipungut bayaran lagi', 'Ah ini cuma sebentar doang paling,'" ucapnya.

Namun, seiring berjalannya waktu dan melihat warung SiJum dari media sosial, banyak yang mulai berdatangan untuk makan di sini.

"Alhamdulillah dari mulut ke mulut dan lihat dari media sosial juga kalau ini tuh murni gratis. Orang jadi lebih trust buat dateng dan makan di sini," kata Mira.

Dari 150 kota di Indonesia, Mira mengungkapkan kalau setiap daerah mencari dan mengelola dananya masing-masing. Mira pun selalu mengupayakan agar warung SiJum tetap terus berjalan ada atau tidaknya donatur.

"Jadi memang dari dulu semua wilayah itu nyari dana masing-masing. Saya berupaya agar SiJum di Depok bisa tetap jalan ada atau tidak ada donatur. Karena kan donatur juga punya keterbatasan. Ada yang donasi di beberapa tempat juga. Jadi jangan sampai aktivitas berbagi terhenti hanya karena tidak ada donatur," tambahnya.

foto: Brilio.net/Dewi Suci

Dalam menjalankan Warung Makan Gratis SiJum Depok ini, Mira dibantu oleh sekitar 10 relawan. Mulai dari menyiapkan bahan makanan, mengolah makanan, hingga mendistribusikan makanan ke masyarakat. Lebih lanjut, Mira juga mengungkapkan kalau ia dan para relawan memasak dan membagikan sekitar 200 porsi makanan setiap harinya. Menu makanannya pun bervariasi dan berganti setiap harinya.

"Menu makanan setiap hari ganti supaya yang masak dan makan nggak bosan. Dalam sehari bagiin 200 porsi. Tapi nasinya kita bikin dilebihin dari 200 porsi," katanya.

Dalam kesempatan wawancara bersama brilio.net, Mira juga membeberkan biaya per hari yang dikeluarkan untuk memasak 200 porsi. Menurutnya, warung SiJum mengeluarkan biaya sekitar Rp 2 juta - 2,5 juta perhari untuk membeli bahan makanan.

Masyarakat yang datang untuk makan di warung ini sebagian besar bekerja di sektor informal seperti pedagang asongan dan pengemudi ojek online. Tak hanya itu, warga sekitar dan ibu rumah tangga juga banyak yang ikut makan siang di Warung Makan Gratis SiJum Depok.

Memasuki pukul 12.00 siang, warung SiJum mulai ramai didatangi oleh masyarakat yang ingin makan siang. Bu Mira pun mengaku tak membatasi masyarakat yang ingin makan di warung SiJum. Menurutnya, kita tak bisa menilai seseorang hanya dari penampilannya.

foto: Brilio.net/Dewi Suci

Ia juga menyebut, masyarakat yang makan di warung tersebut bukan berarti tak memiliki uang sama sekali. Namun, para pedagang dan pengemudi ojek online yang makan di warung SiJum tak perlu mengeluarkan biaya untuk makan dan penghasilannya bisa dialokasikan untuk kebutuhan lainnya.

"Kebanyakan driver ojek online, pedagang asongan, ibu rumah tangga, dan warga biasa. Yang makan di sini bukan yang nggak punya uang sama sekali. Seperti driver ojek online. Mereka kan dapat penghasilan dari pekerjaannya, tapi uang yang seharusnya dipakai untuk beli makan jadi bisa buat beli bensin dan kebutuhan lainnya," tutur Mira.

Nurdin yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online juga mengaku merasa terbantu dengan adanya warung makan ini.

"Kalau siang suka mampir ke sini buat makan. Sama teman-teman ojol juga. Bersyukur ada warung makan ini. Ngebantu kita-kita yang kerjanya di jalan. Semoga lancar terus warungnya dan bisa bantu orang banyak," tuturnya.

Mira juga memanfaatkan media sosial untuk berjejaring dengan sesama komunitas yang bergerak di bidang kemanusiaan dan sosial. Bahkan menurut Mira, ia dan para relawan kerap berkolaborasi dengan komunitas lain untuk menyediakan makanan dan kebutuhan lainnya di lokasi bencana.

"Kadang ada ajakan dari komunitas lain untuk bagi-bagi makanan bareng di jalan. Ya kita ikut bantu. SiJum juga punya program Sijum Reaksi Cepat (SRC) dan terjun di lokasi bencana. Kita perlu menjalin relasi sama komunitas lain supaya saat ada sesuatu yang sifatnya urgent dan perlu dukungan, kita bisa saling support," sambung Bu Mira.

Setelah tujuh tahun berkecimpung dan mengurus warung makan ini, Mira berharap ke depannya akan ada lebih banyak warung makan gratis seperti SiJum di wilayah lain di Indonesia. Ia juga berharap semoga apa yang dilakukannya saat ini bisa menginspirasi dan membuat banyak orang tergerak untuk melakukan hal serupa.

"Harapan saya, warung makan gratis ini bisa ada di tempat-tempat lain juga. Semoga bisa menginspirasi orang lain untuk tergerak melakukan hal yang sama," pungkasnya.