Brilio.net - Setiap orang punya cara masing-masing untuk bersedekah, begitu pula dengan Dardiri. Pebisnis satu ini mendirikan tempat makan gratis yang buka setiap Senin sampai Jumat. Diberi nama Sarapan 100 Porsi, tempat ini berlokasi di Yogyakarta, lebih tepatnya di Jalan Pangeran Diponegoro Manisrejo.
Dardiri diketahui memiliki bisnis pulsa bernama Paypoin yang sudah punya omset sampai Rp 40 miliar per bulannya. Dari program CSR (corporate social responsibility) perusahaannya itulah, tempat sarapan gratis bisa mendapat modal dan bisa berdiri hingga sekarang sejak Desember 2023 silam.
-
Kisah keindahan sedekah, ada kakek sisihkan separuh gaji untuk berbagi Bersedekah jangan pernah menunggu kaya.
-
Menilik perjalanan Warung SiJum Depok yang bagikan makan gratis ratusan porsi sehari Warung SiJum Depok bisa memasak dan membagikan sekitar 200 porsi makanan setiap harinya.
-
5 Tempat makan ini boleh bayar seikhlasnya atau gratis, inspiratif Bentuk kepedulian kepada sesama.
Ditegur karena kasih porsi berlebih dan tidak sehat untuk sarapan anak, sikap ibu ini bikin heran
Pria dengan nama lengkap Muhammad Dardiri ini mengaku ketika Sarapan 100 Porsi berdiri untuk pertama kalinya, tempat tersebut justru sepi, lantaran bertepatan dengan hari besar. Tetapi lambat laun, tempat makan gratis yang ia dirikan semakin ramai dan menarik perhatian banyak orang.
"Ini udah hampir setahun. Sekitar 8 bulan ini, kita buka bulan Desember, pas Natal. Dan itu nggak sadar kalau 25 Desember buka, jadi sepi banget," kata Dardiri saat ditemui brilio.net pada Senin (26/8).
foto: brilio.net/shahfara
Selain dari CSR perusahaan, Sarapan 100 Porsi juga didukung oleh berbagai instansi dan komunitas agar bisa berjalan dengan baik. Contohnya ada Yayasan Remaja Sukses Berbagi (YRSB), Asosiasi Mastermind Indonesia, dan masih banyak lagi. Masyarakat umum juga bisa berdonasi lewat link yang tertera pada media sosial Sarapan 100 Porsi.
Targetkan tempat makan gratis untuk kelas menengah dan atas.
Dardiri mengaku, sudah berkecimpung di kegiatan bagi-bagi makanan untuk masyarakat kurang lebih selama 4 tahun. Dulunya saat belum merantau dan masih berdomisili di kampung halamannya di Kalimantan Timur, ia melakukan pembagian makan gratis untuk masyarakat di jalanan setiap Jumat.
Selama 4 tahun itu pula ia sekaligus melakukan riset agar dapat menemukan rumus paling tepat untuk membangun gerakan sosial soal bagi-bagi makanan gratis. Menurutnya, gerakan sosial ini tak akan langgeng jika hanya fokus membagikan makanan ke masyarakat kelas bawah, paling-paling hanya bertahan 3 sampai 4 bulan.
Makanya di Sarapan 100 Porsi ini, Dardiri mengundang semua orang dari kelas apapun, terutama para kelas menengah sampai atas untuk datang dan menyantap sarapan gratis.
"Tahu nggak kenapa saya cari orang mampu? Kalau orang mampu, satu orang mampu makan di sini bisa ngasih makan sampai 10 orang yang nggak mampu, bahkan lebih" ujarnya.
Dardiri juga mengatakan, di lokasi Sarapan 100 Porsi tersedia box-box yang dapat diisi donasi dalam bentuk bahan baku oleh siapa pun, untuk dimasak di sana. Ia juga menegaskan, box tersebut tidak akan terisi kalau bukan masyarakat kelas menengah dan atas yang datang.
Konsep tempat makan gratis seperti itulah yang menurut Dardiri bisa bertahan lama.
"Kalau makan di sini, kira-kira (masyarakat kelas menengah dan atas) ada perasaan "aku besok mau balas sembako, ah," nggak? Ada. Tapi orang bawah itu nggak ada pikiran itu. Mereka yang penting makan, kenyang, pulang," kata Dardiri.
foto: brilio.net/shahfara
Arif, rekan Dardiri dalam mengelola Sarapan 100 Porsi juga menjelaskan hal serupa nih, bahkan dengan bahasa lebih sederhana. Menurutnya, Sarapan 100 Porsi berjalan sesederhana karena masyarakat saling traktir makan satu sama lain.
"Satu orang aja datang bawa beras 2 kg, terus yang lain bawa sayuran, jadi setiap hari (siapapun bisa) makan. Mungkin hari ini kita nggak sedekah, tapi orang lain sedekah. Saling traktir lah, jadi nggak kerasa (sedang bersedekah)," ucapnya.
Arif diketahui bukan hanya berperan mengelola operasional tempat makan gratis, tapi juga publikasi. Pasalnya, pria ini senang membuat konten di media sosial, sehingga ia aktif menyuarakan program Sarapan 100 Porsi agar semakin dikenal masyarakat luas.
foto: brilio.net/shahfara
Alasan pilih waktu bagi-bagi makanan gratis saat sarapan.
Orang-orang yang ingin makan di Sarapan 100 Porsi bisa mampir mulai pukul 06.00 WIB. Dardiri mengatakan, tak ada waktu pasti Sarapan 100 Porsi tutup, bisa saja hidangan sudah ludes di jam 8 atau 9 pagi.
Saat tim brilio.net melempar pertanyaan kenapa hanya menyediakan makanan saat sarapan, Dardiri mengaku banyak pula orang lain yang menanyakan hal sama kepadanya. Rupanya, Sarapan 100 Porsi sengaja tidak menyediakan makanan di waktu lain, hanya pagi hari, karena akan berdampak pada perekonomian masyarakat.
Menurut Dardiri, UMKM atau bisnis kuliner itu kebanyakan bergerak di jam 11 ke atas. Maka dari itu, Sarapan 100 Porsi hadir hanya di pagi hari supaya tidak mengganggu perekonomian atau bahkan dianggap merebut pelanggan dari bisnis-bisnis kulier.
Di samping itu, Dardiri juga mendirikan Sarapan 100 Porsi lantaran melihat kebiasaan banyak orang yang hanya minum kopi, minum teh, atau mengonsumsi makanan ringan saja di pagi hari. Alhasil, ia punya keinginan untuk menyediakan menu sarapan gratis untuk semua orang sebelum menjalankan aktivitas masing-masing.
Namun, di momen tertentu, Sarapan 100 Porsi juga buka di waktu lain. Contohnya saat bulan Ramadan, tempat makan gratis ini sudah bisa didatangi saat sahur, sehingga masyarakat dapat mampir untuk makan sebelum menjalankan ibadah puasa.
Sajikan beragam menu makanan yang berbeda setiap harinya.
Mulai Senin sampai Jumat, Sarapan 100 Porsi menyediakan menu yang berbeda-beda. Arif menjelaskan, menu masakan kebanyakan sesuai ketersediaan bahan yang dibawa oleh donatur. Tetapi, setiap harinya pasti ada nasi, lauk seperti ayam, ceker, ikan, atau telur, sampai berbagai menu sayuran.
Bahkan, Sarapan 100 Porsi juga menyajikan hidangan dari daging sapi, lho. Dardiri menceritakan, ada salah satu produsen daging wagyu yang rutin mendonasikan 20 kg daging sapi setiap minggunya untuk dimasak di Sarapan 100 Porsi. Terbaru, daging sapi tersebut dimasak di Sarapan 100 Porsi jadi hidangan rawon.
Selain Dardiri dan Arif, Sarapan 100 Porsi juga memiliki 4 orang lain untuk mendukung operasionalnya. 2 dari 4 orang tersebut diketahui mendapat gaji setiap bulan untuk memasak, bahkan mereka juga sempat mendapatkan pelatihan agar dapat membuat masakan jadi lezat, lho. Sementara 2 orang lainnya merupakan relawan.
foto: brilio.net/shahfara
Tim brilio.net juga sempat berbincang dengan salah seorang pengunjung Sarapan 100 Porsi. Namanya Adi, pria ini merupakan pegawai kantoran di Yogyakarta. Ia mengaku sudah beberapa kali mampir untuk sarapan. Menurutnya Sarapan 100 Porsi sangat membantu saat ia nggak sempat memasak di kos.
"Makan di sini beberapa kali, ya nggak sering-sering banget, lah. Makanannya enak, kok," imbuh Adi.
Pernah mendapat keluhan dari masyarakat.
Dardiri bercerita, selama berbulan-bulan mengelola Sarapan 100 Porsi, selalu ada kejadian menarik yang ia temui. Di media sosial, tempat makan gratis ini kebanyakan hanya menampilkan respons positif dari masyarakat. Tetapi, ada kalanya ia juga mendapat keluhan, lho.
Salah seorang masyarakat sempat menelponnya dan mengeluhkan kenapa Sarapan 100 Porsi tidak bisa diantarkan langsung ke tempat tinggalnya. Di lain waktu, ada pula seseorang yang marah lantaran makanan harus disantap di tempat, tidak bisa dibawa pulang.
"Ada yang telpon marah-marah. Dia bilang sedekah kok nanggung-nanggung, masa nggak boleh bungkus? Kita memang nggak boleh bungkus, karena sudah 4 tahun pengalaman, kalau makanan dibungkus itu nggak efektif," kata Dardiri.
Dardiri menjelaskan, kalau makanan gratis dimakan langsung di lokasi Sarapan 100 Porsi, justru jadi menyentuh lebih banyak orang. Usut punya usut, meskipun dari namanya hanya menyebutkan 100 porsi, tapi tempat ini bisa menyajikan sampai 300 atau bahkan 500 porsi dalam sehari, lho.
"Ya sistemnya pengin mereka datang, makan di tempat, setelah itu pulang, yaudah nggak bawa apa-apa. Akhirnya apa? Bisa memfasilitasi banyak orang," jelas Dardiri.
foto : Instagram/@sarapan100porsi
Namun, makanan di Sarapan 100 Porsi tetap bisa dibungkus, hanya saat hidangan yang disajikan masih ada sisa ketika jarum jam menunjukkan waktu siang hari. Sisa hidangan tersebut dibungkus, lalu Dardiri meminta bantuan karang taruna di sekitar lokasi Sarapan 100 Porsi untuk membagikannya ke masyarakat yang membutuhkan.
"Kita memang bungkusin. Setelah kita bungkusin, nanti karang taruna kita panggil, tolong kasih ke tukang becak dan lain sebagainya. Besok ganti (menu) lagi soalnya," pungkasnya.