Dia menceritakan bahwa gudeg menjadi makanan yang dijual turun-temurun di keluarganya. Dimulai dari ibunya hingga kedua saudara kandung lainnya.
Meski resep gudeg keluarganya sama, namun cita rasa gudeg yang dijual Yu Hadi ini punya ciri khas tersendiri. Gudeg Yu Hadi punya tampilan yang lebih kering dan bercita rasa gurih dibandingkan gudeg Yu Djum. Sehingga cocok dikonsumsi para pembeli yang tidak terlalu menyukai rasa manis.
-
Kisah di balik kesuksesan gudeg Yu Djum yang tak disangka-sangka Gudeg Yu Djum pertama kali dirintis 69 tahun lalu.
-
Kisah Mbah Waginah, usia hampir seabad tetap semangat jual gudeg Resep gudeg sudah 45 tahun.
-
Gurih, pedas dan legitnya gudeg geprek, cita rasa baru kuliner Jogja Perpaduan rasanya benar-benar bikin lidah bergoyang.
Kisah generasi keempat melestarikan warung legendaris bu Spoed, pertahankan cita rasa sejak 1920
Hal itu juga disampaikan oleh seorang pembeli bernama Ibu Endang. Mengaku tidak terlalu menyukai makanan yang terlalu manis, ia pun rela menempuh jarak yang lumayan jauh dari rumahnya hanya untuk membeli gudeg Yu Hadi ini.
"Karena keluarga saya itu nggak suka gudeg yang manis banget dan basah, jadi ya sudah langganan di sini dari lama," ucapnya sambil menerima seplastik pesanan gudegnya yang sudah selesai diracik.
Meski sudah banyak yang membeli, lapak gudeg Yu Hadi tetap tampak sederhana. Tidak ada kursi ataupun meja yang berjejer seperti selayaknya warung makan. Hanya ada satu meja kayu yang terdiri dari panci-panci berukuran besar berisikan gudeg.
Gudeg yang dijual Yu Hadi bisa disesuaikan dengan selera pembeli. Satu paket komplet gudeg yang terdiri dari nasi, gudeg, ayam, telur, ayam, dan sambal krecek dibanderol dengan harga Rp30.000. Sedangkan, kalau hanya membeli gudeg atau lauknya saja, harganya kisaran Rp25.000-Rp50.000, sesuai dengan porsinya.
foto: brilio.net/nadhifah
Yu Hadi sengaja tidak membuka cabang gudegnya, melainkan hanya berjualan di Gang Kauman ini saja. Setiap hari, ia memasak sendiri gudeg yang akan dijualnya. Untuk mempertahankan kualitas rasanya, gudeg masih dimasak di atas kayu bakar.
"Kalau ayam itu direbus sampai empuk banget, baru habis maghrib itu dimasak lagi pakai bumbu," jelas anak Yu Hadi yang tidak mau disebutkan namanya.
Karena dimasak dalam waktu yang lama, gudeg Yu Hadi pun bumbunya meresap dengan sempurna. Nggak heran, jika lapak Yu Hadi selalu dipenuhi dengan antrean pembeli. Bahkan gudegnya biasanya habis terjual hanya dalam waktu 2 jam saja.
"Ini bukanya jam 6 kalau rame seperti hari ini jam 8 kita udah beres-beres mau pulang karena sudah habis," ungkap anak Yu Hadi yang mengenakan kerudung berwarna merah jambu.