Brilio.net - Menikmati kota Yogyakarta di malam hari memang pilihan yang paling pas. Suasana kota yang ramai namun penuh kehangatan dari keramahan warganya, serta temaramnya langit yang berpadu dengan lampu kota akan memberikan kesan yang tidak mudah dilupakan. Apalagi jika ditemani dengan hangatnya semangkuk bakmi Jawa.
Kota yang akrab disapa dengan sebutan Jogja ini memang dikenal mempunyai beragam makanan lezat yang sudah melegenda. Salah satunya, tidak lain adalah bakmi Jawa. Meski sudah banyak penjaja bakmi Jawa yang tersebar di berbagai wilayah Yogyakarta, namun ada satu warung bakmi jawa yang sudah terkenal akan kenikmatannya, yaitu Bakmi Jawa Mbah Mo.
Meskipun terletak jauh dari tengah kota Yogyakarta, Bakmi Jawa Mbah Mo tidak pernah terlihat sepi pengunjung. Bertempat di Jalan Parangtritis Km 11, Dusun Code, Trienggo, Bantul, Yogyakarta, warung bakmi Jawa ini sudah berdiri sejak tahun 1986 silam.
-
10 Warung bakmi Jawa paling hits di Yogyakarta , kamu wajib coba! Dijamin ketagihan!
-
21 Warung mi ayam paling hits di Jogja, enak dan murah Salah satu menu tradisional namun hits dan banyak digemari wisatawan.
-
12 Resep masakan Jawa tradisional, enak, sederhana dan mudah dibuat Makanan tradisional Jawa punya beragam rasa, ada yang memiliki rasa manis, pedas, ada pula yang rasanya merupakan perpaduan dari keduanya.
Diceritakan Bu Jiah, anak pertama dari Mbah Mo yang kini meneruskan dan mengelola usaha ayahnya tersebut, ide awal membuka usaha bakmi Jawa ini berasal dari sang kakak yang menyarankan untuk sama-sama berdagang bakmi Jawa daripada menjadi petani. Kakaknya, Mbah Rebo, saat itu juga membuka usaha bakmi Jawa di daerah Pojok Beteng (Jokteng) di kota Jogja.
Pada saat itu, sebelum berjualan bakmi Jawa, Mbah Mo merupakan pekerja di tempat penggilingan padi. Akan tetapi tempat bekerja ayah dari tiga orang anak ini melakukan pengurangan pekerja. Mbah Mo pun akhirnya banting setir menjadi petani.
Namun saran dari kakaknya tersebut tidak serta merta diterima begitu saja oleh Mbah Mo. Ia merasa ragu akan mendapat pelanggan karena saat itu daerah di sekitar rumahnya yang kini menjadi tempat berjualan Bakmi Jawa Mbah Mo, masih merupakan kebun yang dipenuhi dengan tanaman dan pohon-pohon liar. Setelah diyakinkan beberapa kali, Mbah Mo pun akhirnya mau ikut berjualan bakmi Jawa.
"Dulu di sini (warung Bakmi Jawa Mbah Mo) itu masih kayak hutan, ya kebunlah. Nggak banyak rumah kayak sekarang. Jadi dulu itu, waktu diajak buka bakmi Jawa, bapak saya (Mbah Mo) itu takut kalau nggak dapet pelanggan karena tempatnya dulu masih hutan," jelas Bu Jiah saat membuka perbincangan dengan brilio.net, Kamis (5/4).
Empat tahun setelah berdirinya Bakmi Jawa Mbah Mo atau tepatnya pada tahun 1990, merupakan pertama kalinya usaha Mbah Mo menjadi sangat ramai dan dikenal orang banyak. Hal ini tidak terlepas dari getok tular yang dilakukan suami Bu Jiah yang merupakan seorang pegawai Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Saat itu sang suami yang sering melakukan penyuluhan selalu menyarankan tempat makan bakmi Jawa milik mertuanya tersebut.
"Waktu tahun 1990 itu, ada acara seminar di Monjali (Monumen Jogja Kembali) yang dateng itu orang-orang pemerintahan. Menteri-menteri pada dateng. Nah, pas waktu itu suami saya jadi sopir orang penting itu. Dia disuruh nyari bakmi Jawa yang enak di Jogja. Ya langsung ditawarin ke Mbah Mo ini," cerita Bu Jiah.
Merasa cocok dengan kenikmatan Bakmi Jawa Mbah Mo, salah seorang menteri tersebut berjanji akan mempromosikan usaha mertuanya itu kepada teman dan kerabatnya di Jakarta. Sejak saat itulah Bakmi Jawa Mbah Mo menjadi begitu terkenal dan selalu disambangi pengunjung dari luar kota hingga kini.
Keistimewaan Bakmi Jawa Mbah Mo
Jika pada umumnya bakmi Jawa kebanyakan menggunakan campuran kecap dalam penyajiannya, berbeda halnya dengan Bakmi Jawa Mbah Mo yang tidak memasukkan kecap. Selain itu bakmi ini juga tak menggunakan merica dan tomat. Bukan hanya tak menggunakan ketiga bahan tersebut dalam menunya, bakmi Jawa ini juga memakai telur bebek dan daging ayam kampung. Udah bisa bayangin, kan?
Perbedaan bahan yang digunakan ini membuatnya memiliki rasa berbeda dibanding bakmi Jawa lainnya. Kuahnya berwarna kuning pucat dan lebih terasa gurih. Dalam satu porsi Bakmi Jawa Mbah Mo ini juga tak akan ditemukan mi bihun karena hanya menggunakan mi kuning saja. Rasa kuahnya semakin nikmat dengan potongan sayur kubis dan taburan seledri serta bawang goreng.
Pemakaian telur bebek sengaja dilakukan agar menghasilkan bakmi Jawa yang lebih gurih serta sebagai pembeda dari bakmi Jawa yang lain. Resep yang sudah dipakai turun temurun ini aslinya berasal dari racikan bakmi Jawa milik Mbah Rebo, kakak Mbah Mo yang juga membuka usaha bakmi Jawa.
Hingga kini resep tersebut tidak pernah berubah sedikit pun untuk menjaga cita rasa yang dimiliki. Proses pembuatannya pun masih tetap menggunakan tungku api tradisional yang terbuat dari tanah liat.
Tak hanya resepnya saja yang tak pernah berubah, warung Bakmi Jawa Mbah Mo ini juga tidak membuka cabang di tempat lain. Lokasinya pun tetap sama dari awal berdiri. Dari luar, tampilan warung ini tampak sederhana. Namun jangan salah, di balik kesederhanaannya itu menyimpan kuliner yang begitu lezat.
Meski warungnya terlihat sederhana, diakui Bu Jiah, dalam seharinya ia dapat menjual sekitar 200 porsi dengan penghasilan omzet bisa mencapai Rp 4-5 juta per harinya. Warung yang buka setiap hari dari pukul 17.00 WIB sampai 23.00 WIB ini membanderol satu porsi bakmi Jawa godog dan goreng istimewa seharga Rp 27 ribu, sedangkan bakmi Jawa godog biasa dibanderol dengan harga Rp 21 ribu per porsinya.
Keunikan yang dapat ditemukan pada warung bakmi Jawa ini juga terdapat pada pilihan menu minumannya yang hanya menyajikan minuman dalam keadaan hangat atau panas saja dan menggunakan gula batu. Selain itu, meski menggunakan telur bebek dalam racikannya, Bakmi Jawa Mbah Mo tidak terasa amis sama sekali.
"Tadi kerasa nggak rasa amisnya? Nggak kan, ya? Nah, itu tuh rahasianya Mbah Mo. Cuma bakmi Jawa Mbah Mo aja yang bisa kayak gini walau pakai telur bebek," pungkas wanita berusia 59 tahun ini sembari menutup perbincangan.