Brilio.net - Setiap orang pasti punya pekerjaan impian yang diidam-idamkan. Sekalipun prosesnya berat dan panjang, pasti akan tetap dijalani untuk menggapai cita-cita tersebut. Hal inilah yang juga pernah dirasakan oleh Raja, seorang pria asal Yogyakarta yang memiliki impian bekerja sebagai koki di kapal pesiar. Setelah proses pendaftaran dan pelatihan yang panjang, kesempatan itu mulai terlihat pada tahun 2022 ketika dia diterima bekerja di dua kapal pesiar internasional sekaligus.
"Kebetulan aku diterima di dua kapal, ada di satunya AIDA di rute Australia, satunya di Carnival di Amerika. Sebenarnya tinggal nunggu schedule (jadwal) untuk berangkat saja," ungkap Raja saat ditemui tim brilio.net pada awal Mei 2024 lalu.
-
Nasi Hainan Singapura kaki lima Jogja, sesuap berasa di Orchard Selain lezat, harganya juga masih bersahabat dengan kantong mahasiswa
-
Tak lanjutkan pendidikan kuliner di Singapura, ini kisah sukses pemilik Mi Sapi Banteng di Jogja Harus sabar antre sampai berjam-jam, ya~
-
20 Resep mi goreng seafood ala rumahan, solusi saat bosan makan nasi Bisa dimasak menjadi mi goreng dengan rasa gurih yang nikmat berbagai topping.
Namun saat kesempatan itu datang, pria 23 tahun ini justru menolak untuk pergi bekerja di kapal pesiar yang sebelumnya diidamkan. Dia justru memilih melanjutkan bisnis kedai makanan yang baru dibangun selama 3 bulan. Yup! Biang Biang Noodles menjadi salah satu bisnis yang dia rintis secara 'iseng' demi mengisi waktu luang. Tapi siapa sangka, kedai makanan tersebut sukses meraup omzet jutaan rupiah dalam kurun waktu satu tahun sejak dibuka pada akhir 2022.
Memanfaatkan gudang bekas toko di rumahnya, Raja mulai membuka bisnis makanan Biang Biang Noodles bersama sang keluarga. Seperti namanya, kedai satu ini menjual mi biangbiang ala Cina yang memiliki tekstur tebal dan lebar seperti sabuk. Di Yogyakarta, jenis mi dengan ukuran besar seperti ini memang belum banyak dikenal dan dijual di pasaran. Alhasil, Raja memperkenalkan dagangannya secara mulut ke mulut dari orang-orang terdekat.
Karena bisnisnya dibangun atas dasar 'iseng', pria lulusan SMK Budi Mulia ini mengaku tak ambil pusing dengan jumlah pelanggan yang datang untuk mencicipi masakannya. Oleh sebab itu, dia sempat kaget ketika Biang Biang Noodles yang dirintis mulai viral setelah dipublikasikan oleh seorang food vlogger pada November 2023 lalu. Banyak orang berdatangan dan penasaran dengan mi unik asal Shaanxi, China ini.
Kisah Toko Roti Jakarta, berdiri di Jogja selama hampir satu abad, tak pakai pengembang instan
"Kalau kemarin itu pas lagi rame-ramenya buka jam 1 kalau nggak jam 2. Terus jam 5-6 sudah habis 100 mangkuk," kata Raja.
foto: brilio.net/Annatiqo
Pelanggan dimanjakan dengan atraksi pembuatan mi yang cukup unik.
Meskipun terbilang cukup baru, namun banyak orang tertarik dengan mi biangbiang yang dijual oleh Raja. Bagaimana tidak, setiap orang yang berkunjung ke sana disuguhkan dengan atraksi hand ripped noodle yang menarik perhatian. Hand ripped noodle (nama lain dari mi biangbiang) dikenal sebagai sebuah proses pembuatan mi secara manual menggunakan tangan.
Jika adonan mi pada umumnya dicetak menggunakan alat khusus, mi biangbiang justru dibuat dengan cara merobek adonan secara manual menjadi potongan-potongan panjang dan lebar. Bentuknya yang menyerupai pita besar membuat tekstur mi satu ini cenderung lebih chewy dan kenyal. Nggak heran jika kemudian mi biangbiang memberikan sensasi mengenyangkan saat disantap.
foto: brilio.net/Annatiqo
Lantas, dengan konsep open kitchen, siapapun yang baru menginjakkan kaki di depan kedai bisa langsung melihat proses pembuatan mi yang cukup unik ini. Raja biasanya akan 'mencetak' adonan mi satu per satu untuk setiap mangkuk mi biangbiang. Dengan tangannya yang cekatan, Raja bisa mencetak satu adonan mi biangbiang dalam waktu kurang dari 1 menit.
"Yang makan waktu itu ngerebusnya karena karakter minya kan tebal sama chewy, gitu. Biasanya butuh waktu paling sekitar 5 menitan. Jadi agak makan waktu direbus," terang pria lulusan tata boga ini.
Eksplor resep mi biangbiang melalui gambar.
Raja mengaku bahwa resep dan cara membuat mi biangbiang diracik oleh tangannya sendiri. Karena minimnya R&B yang bisa dijadikan acuan kuliner satu ini, Raja pun berinisiatif mengeksplor sendiri resep dan rasa mi biangbiang. Dengan jam terbang tinggi sebagai koki, anak ketiga dari empat bersaudara ini mengaku sudah bisa mengetahui rasa dari makanan tersebut hanya dengan melihat video atau fotonya.
"Aku tuh acuannya dari video, terus dari look (tampilan) foto sih biasanya. Jadi dari look photo tuh aku bisa kayak nge-explore kriteria rasa. Pertama tuh dari video-video. Video-video (mi biangbiang) yang direcook, lalu hasilnya dipadukan dengan foto. Itu aku compare (bandingkan) jadi resep yang aku bikin. Jadi misal looknya (tampilan) beda, berarti masih belum sama (rasanya). Tapi dari gambar itu sebenernya bisa ditebak kok rasanya seperti apa," papar Raja lebih lanjut.
foto: brilio.net/Annatiqo
Memang dari segi rasa, chili oil yang dijadikan bumbu mi biangbiang ini cenderung pedas dan sedikit asam. Rasa ini semakin terasa segar ketika mi tersebut disantap dengan salad dari irisan kubis ungu, timun, dan seledri. Usut punya usut, perpaduan mi dan salad ini merupakan inisiatif Raja yang sebelumnya lebih menguasai western food (makanan barat) dibandingkan Asian food (makanan Asia).
Lebih lanjut, rasa mi biangbiang yang dihasilkan sekarang juga sebenarnya melalui proses yang panjang. Raja mengaku selama 4-6 bulan pertama, dia masih mencoba berbagai macam bumbu untuk mendapatkan rasa yang pas di lidah masyarakat lokal. Pasalnya, mi biangbiang yang asli dari Cina memiliki rasa cenderung asam dan rempah yang cukup pekat. Menurut Raja, rasa ini kurang cocok di lidah masyarakat Indonesia, khususnya Yogyakarta.
Alhasil, demi mendapat rasa yang pas namun tak lepas dari identitasnya sebagai mi biangbiang, dia pun bekerja sama dengan beberapa pelanggan yang berasal dari Xi'an, China. Riset yang dilakukan bersama customer Biang Biang Noodles ini terus dilakukan Raja sembari berjualan dan terus mengoreksi rasa dan bumbu yang kurang. Selain dari pelanggan, kerabat terdekatnya juga membantu proses tersebut hingga Biang Biang Noodles memiliki rasa yang disukai banyak orang seperti saat ini.
foto: brilio.net/Annatiqo
Konsistensi rasa dan porsi membuat pelanggan tertarik.
Kiara dan Yulia, dua orang pelanggan tetap yang ditemui tim brilio.net juga mengakui bahwa mi biangbiang ini tak hanya unik dari bentuk, namun juga rasa. Menurut mereka, bumbu chili oil mi biangbiang di kedai ini cenderung memiliki rasa khas. Tak sekadar menawarkan rasa pedas, namun ada rasa gurih asam segar yang membuat menu satu ini semakin lezat.
"Topping-toppingnya juga ya beda dari lainnya. Kayak lebih premium gitu. Terus beda dari yang lain, berasa premium chili oil-nya juga. Bukan sekadar cabai sama oil (minyak) aja, gitu, ada rasanya lebih enak," ujar Yulia.
Selain tekstur dan rasa, porsi mi biangbiang yang pas membuat dua mahasiswa semester 8 itu selalu datang hampir setiap bulan. Walaupun memiliki bentuk lebih tebal dan tekstur kenyal, namun satu porsi mi biangbiang membuat perut kenyang. Lantas sekalipun sudah viral, namun rasa dari mi biangbiang tetaplah sama. Menurut Kiara, justru sajian mi biangbiang ini cenderung lebih premium dibandingkan sebelumnya.
“Kalau makan tuh nggak bosen gitu. Porsinya cukup. Kalau biasanya kan kita makan mi yang tipis atau yang tebal kadang aku pernah ngerasa kayak bosen. Makanya kalau ini sih enggak, pas aja porsinya. Enak dari awal dulu harganya masih 18 ribu sudah kayak gini,” kata Kiara.
foto: brilio.net/Annatiqo
Untuk menjaga kualitas mi biangbiang yang dijual, Raja mengaku cenderung membatasi produksi adonan mi yang dibuat. Dalam sehari, dia memang hanya membuat 100 porsi mi. Sembari demi menjaga kualitas, hal ini juga dilakukan untuk mengatasi manajemen Biang Biang Noodles yang masih terbatas. Sekalipun kedainya ramai, pria berdarah Madura-Bugis ini tetap tidak menambah porsi adonan mi agar pelayanan untuk pelanggan tetap berjalan dengan baik. Oleh sebab itu, dia akan langsung menutup kedainya ketika 100 mangkuk mi sudah habis terjual.
Dibangun sebagai bisnis keluarga.
Berada di pemukiman padat, warung mi biangbiang diapit sungai dan Forriz Hotel di daerah Wirobrajan. Meskipun begitu, warung mi satu ini bisa diakses dengan mudah menggunakan mobil atau motor. Cukup berbelok satu kali ke arah utara dari Jl. HOS Cokroaminoto yang berjarak 200 meter, plang tulisan Biang Biang Noodles sudah terlihat jelas di tepi gang kecil.
Saat ditilik lebih lanjut, warung mi satu ini terletak tepat di perempatan atau jalan masuk ke gang kecil. Saat dilihat sekilas, Kedai Biang Biang Noodles memberikan kesan nyaman karena berada di halaman rumah yang asri. Tanaman rambat yang menjuntai dari lantai dua rumah Raja seakan menjadi dekorasi alami pada kedai yang berisi 7 meja tersebut.
Ketika ditanya, Raja bercerita bahwa warung mi biangbiang ini memang dibangun di bekas toko yang telah dijadikan gudang. Karena gedungnya menyatu dengan rumah, dia mengaku seluruh anggota keluarganya turut membantu bisnis yang dibangun. Tak hanya sebagai pekerja yang memasak, namun manajemen juga digarap oleh sang keluarga.
"Aku, dua abangku, terus sama orang tua, jadi berlima. Tapi ada tambahan anak-anak juga kayak yang bantu, yang jaga biasanya. Kalau yang masak gitu biasanya kalau nggak aku, ya abangku. Tapi biasanya tuh ada yang helper sama kasir juga dari kawan," papar Raja.
Keinginan terus belajar dan kesempatan di kapal pesiar.
foto: brilio.net/Annatiqo
Setelah 1,5 tahun berdiri di Wirobrajan, Raja berhasil membuka cabang kedai Biang Biang Noodles di daerah utara Yogyakarta. Lebih tepatnya, dia membuka cabang kedua di Jl. Damai, Kecamatan Ngaglik, Sleman. Namun memperluas bisnis yang dimiliki bukan satu-satunya hal yang diimpikan oleh Raja.
Kepada tim brilio.net, dia mengaku masih ingin bekerja di berbagai tempat meskipun sudah memiliki kedai makanan sendiri. Berbagai hotel dan restoran ternama, bahkan kapal pesiar, masih jadi incaran pria satu ini. Bekerja langsung bersama orang yang lebih ahli membuat Raja bisa menempa diri dan belajar lebih banyak. Namun hal ini baru akan dilakukan setelah dia
"Aku masih ngincer buka cabang di Bali, sih. Mungkin kalau aku udah buka cabang di Bali, aku bakal nyambi kerja di sana. Dan sini sudah dihandle sama keluarga," tutup Raja.