Brilio.net - Mempertahankan bisnis kuliner hingga puluhan tahun tidaklah mudah. Butuh kerja keras dan konsisten yang kuat. Hal ini terlihat pada warung makan legendaris bernama Sego Empal Bu Warno yang berhasil mempertahankan bisnis kulinernya hingga 57 tahun.
Sego Empal Bu Warno pertama kali berdiri pada 1967. Awalnya bisnis kuliner satu ini hadir di tengah-tengah keramaian Pasar Beringharjo. Sekarang sudah memiliki 3 cabang tersebar di Yogyakarta, seperti Kotabaru, Pakualaman, serta Kaliurang.
-
Kisah Bu Haryoko, pertahankan cita rasa sop empal legendaris di Muntilan selama setengah abad Warungnya tidak terlalu besar, tapi rame dikunjungi orang.
-
Kisah dan cikal bakal es dawet Prambanan yang terkenal Es dawet atau es cendol di sini beda dengan dawet lainya, untuk dawetnya sendiri berwarna putih bening, bukan hijau seperti dawet pada umumnya.
-
Dirintis dari dipikul keliling desa, warung sate ini langganan artis Setiap hari bisa menyembelih 2-3 ekor kambing untuk memenuhi permintaan pelanggan. Tapi kalau hari libur apalagi Lebaran bisa 10 ekor.
Kisah generasi keempat melestarikan warung legendaris bu Spoed, pertahankan cita rasa sejak 1920
Tim BrilioFood berkesempatan ngobrol-ngobrol dengan Widya, selaku cucu menantu dari Bu Warno. Widyalah yang sekarang bertanggung jawab mengelola bisnis kuliner ini, terutama untuk cabang di lokasi Beringharjo, Kotabaru, serta Pakualaman.
Mungkin banyak orang bertanya, kenapa yang melanjutkan bisnis bukan cucu kandung dari mendiang Prawiro Suwarno atau Bu Warno. Nah, Widya pun menjelaskan, jikalau sang suami yang bernama Pungky Susilo itu sudah memiliki pekerjaan lain.
Dengan antusias, Widya melanjutkan cerita soal pengalamannya ketika mengelola Sego Empal Bu Warno sejak 2012 ini. Yang awalnya menjual menu utama seperti empal, lidah, babat, iso, payu, koyoran, dan abon, kini setelah dipegang Widya, menunya pun bertambah. Ada hidangan tradisional, di antaranya sayur lodeh, sop, dan lain-lain.
Resign dari koki di Prancis kini sukses buka resto, ini sosok Ali pedagang pizza dari Bantul
Warung ini juga telah mengalami perubahan dari segi cara penjualan sejak dikelola oleh Widya. Dulunya hanya tersedia aneka lauk empal dan jeroan dibungkus daun pisang untuk dibawa pulang. Tapi setelah dikelola oleh Widya, pelanggan sudah bisa makan langsung di semua cabang Sego Empal Bu Warno.
"Setelah saya pegang itu, saya kok berpikir mungkin lebih menarik kalau kita ada makan di tempat, jadi saya menyediakan nasi, ada sayur lodeh dan sop dari tahun 2012," ucap Widya, saat ditemui BrilioFood di Sego Empal Bu Warno cabang Pakualaman pada Selasa (13/2).
foto: brilio.net/shahfara
Puluhan tahun menjalani bisnis secara organik, tanpa pasang iklan.
Berdasarkan cerita Widya, sejak Sego Empal Bu Warno berdiri setengah abad yang lalu, tempat makan ini belum pernah memasang iklan sama sekali. Pelanggan datang secara organik atau langsung, bisa dikatakan dari mulut ke mulut. Meski begitu, Sego Empal Bu Warno tetap berkembang hingga sebesar sekarang karena konsisten menjual makanan tradisional dengan rasa dan kualitas terbaik.
"Cuma berusaha mempertahankan rasa dan kualitas. Kita tidak menjual barang yang sudah nggak fresh, jadi kita kalau memang nggak habis, itu kita nggak jual lagi di hari berikutnya, biasanya kita campur ke abon," ujar Widya.
Hidangan di Sego Empal Bu Warno juga menjadi langganan Keraton Kesultanan Yogyakarta sejak di bawah kesultanan Sri Sultan Hamengku Buwono ke-IX, sampai sekarang.
Menurut Widya, biasanya Sri Sultan Hamengku Buwono ke-IX memesan empal ataupun abon untuk disajikan ketika ada acara atau kegiatan. Baik untuk tamu maupun dijadikan oleh-oleh.
foto: brilio.net/shahfara
Bukan hanya Sri Sultan Hamengku Buwono ke-IX, Sego Empal Bu Warno juga sering didatangi berbagai tokoh sampai selebriti terkenal, lho. Mulai dari Najwa Shihab, Lydia Kandou, Tora Sudiro, Mike Amalia, Sudjiwo Tedjo, Henidari Amroe, sampai almarhum Bondan Winarno.
Bondan Winarno merupakan tokoh paling berkesan bagi Sego Empal Bu Warno. Pasalnya, pakar kuliner era 2000-an ini tak hanya mampir mencicipi hidangan, tapi juga memberikan undangan untuk hadir di pameran kuliner sejumlah kota. Alhasil, lewat pameran tersebut, nama Sego Empal Bu Warno semakin dikenal luas oleh masyarakat di luar Yogyakarta.
Widya pun mengisahkan suka duka Sego Empal Bu Warno hadir pada beberapa pameran kuliner di luar kota. Walaupun mendapat banyak pelanggan baru, hadir pada pameran tersebut tidak semudah yang dibayangkan. Ia dan semua pegawai di Sego Empal Bu Warno harus melakukan proses perebusan empal dan jeroan dari Yogyakarta terlebih dahulu, sehingga nanti hidangan tinggal digoreng sebelum disajikan di lokasi. Satu tantangan lagi, Widya dan para pegawainya juga harus menjaga empal dan jeroan tetap aman selama perjalanan menuju pameran kuliner.