Brilio.net - Dunia dikejutkan dengan berita keracunan makanan yang menimpa 49 orang di Amerika Serikat (AS), dengan satu korban meninggal dunia di Negara Bagian Colorado. Kasus yang dilaporkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada Selasa, 22 Oktober 2024 ini terkait dengan burger Quarter Pounder dari restoran cepat saji McDonald's. Wabah yang menjangkau 10 negara bagian barat AS ini telah menyebabkan 10 orang dirawat di rumah sakit.
Kasus ini masih dalam penyelidikan. Pihak penyelidik juga belum menentukan secara pasti bahan penyebab wabah E. coli di burger McDonald's. Namun, mereka fokus pada irisan bawang bombay dan roti daging sapi.
-
5 Resep burger ala McDonald's, enak, simpel, dan bikin nagih Kombinasi roti bundar yang lembut dengan daging panggang yang juicy, sayuran segar, dan saus yang menggoda lidah menciptakan rasa yang nagih
-
10 Makanan sepele yang kamu temui tiap hari ini bisa bikin keracunan Pada dasarnya semua makanan yang sudah lewat masa segarnya dan tidak dicuci dengan bersih bisa bikin kamu sakit. Termasuk keracunan itu sendiri.
-
Bisakah virus corona cemari makanan? Ini penjelasan ilmiahnya Pemilik warung makan khususnya, tentu harus memperhatikan hal ini. Sepele tapi bisa merugikan banyak orang
Menanggapi kejadian serius ini, McDonald's telah mengambil langkah cepat dengan menghentikan penggunaan bawang bombay iris di beberapa negara bagian dan mencabut sementara menu Quarter Pounder dari restoran-restoran yang terdampak.
“Keamanan pangan sangat penting bagi saya dan semua orang di McDonald's,” ujar Joe Erlinger, presiden McDonald's Amerika Serikat dalam sebuah pesan video.
Dampak wabah ini bahkan mempengaruhi saham perusahaan yang turun lebih dari enam persen setelah pengumuman kasus tersebut.
Mengenal bakteri E. coli.
Escherichia coli, atau yang lebih dikenal dengan E. coli, sebenarnya merupakan bakteri yang umum ditemukan dalam sistem pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Menariknya, tidak semua strain E. coli berbahaya - sebagian besar justru berperan penting dalam sistem pencernaan yang sehat.
Namun, strain tertentu seperti E. coli penghasil toksin Shiga (STEC) dapat menyebabkan penyakit serius, sebagaimana dijelaskan oleh World Health Organization (WHO). Strain berbahaya inilah yang sering menjadi penyebab wabah keracunan makanan seperti dalam kasus McDonald's ini.
Habitat dan penyebaran E. coli.
Food and Drug Administration (FDA) AS mencatat bahwa E. coli dapat bersembunyi di berbagai tempat tanpa terdeteksi. Bakteri ini sering ditemukan pada daging mentah atau setengah matang, sayuran dan buah-buahan yang tidak dicuci dengan baik, air yang terkontaminasi, produk susu yang tidak dipasteurisasi, hingga permukaan yang terkontaminasi kotoran hewan. Yang membuat bakteri ini sangat berbahaya adalah ketidakmampuan untuk mendeteksinya secara kasat mata - tidak ada perubahan rasa, aroma, tampilan, atau tekstur pada makanan yang terkontaminasi.
Gejala infeksi E. coli.
The Mayo Clinic melaporkan bahwa gejala infeksi E. coli biasanya muncul dalam waktu 3-4 hari setelah terpapar. Tanda-tanda awal meliputi diare yang seringkali disertai darah, kram perut parah, mual dan muntah, serta demam tinggi di atas 38,9°C.
Dalam kasus yang lebih serius, infeksi dapat berkembang menjadi sindrom uremik hemolitik (HUS), gagal ginjal, dehidrasi berat, hingga gangguan neurologis. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
Langkah pencegahan infeksi.
Johns Hopkins Medicine menekankan beberapa langkah pencegahan yang efektif namun sederhana sebagai berikut:
1. Mencuci tangan dengan sabun minimal 20 detik sebelum dan sesudah menangani makanan menjadi kunci utama.
2. Daging harus dimasak hingga benar-benar matang dengan suhu internal minimal 71°C.
3. Sayuran dan buah-buahan perlu dicuci dengan air mengalir.
4. Peralatan untuk daging mentah harus dipisahkan dari makanan siap saji.
Langkah-langkah ini mungkin terdengar sederhana, namun sangat efektif dalam mencegah kontaminasi silang.
Mewaspadai E. coli saat membeli makanan.
European Food Safety Authority (EFSA) dan FDA memberikan sejumlah panduan penting dalam memilih makanan untuk menghindari kontaminasi E. coli. Saat membeli daging, penting untuk memperhatikan warna, tekstur, dan suhu penyimpanan. Daging segar seharusnya disimpan pada suhu di bawah 4°C dan tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan warna atau bau yang mencurigakan.
Untuk makanan siap saji, perhatikan kondisi tempat penjualan. Restoran atau warung makan sebaiknya memiliki sertifikat kebersihan yang valid dan menerapkan standar higiene yang baik. Pekerja yang menangani makanan seharusnya menggunakan sarung tangan, penutup kepala, dan perlengkapan kebersihan lainnya. Makanan panas harus disajikan dalam kondisi benar-benar panas (di atas 60°C), sementara makanan dingin harus tetap dingin (di bawah 4°C).
Dalam kasus makanan mentah seperti sayuran dan buah-buahan, National Health Service (NHS) Inggris merekomendasikan untuk memeriksa kesegaran produk. Sayuran dan buah-buahan tidak boleh memiliki tanda-tanda pembusukan, memar berlebihan, atau jamur. Selain itu, penting untuk memperhatikan kondisi penyimpanan - produk segar seharusnya disimpan terpisah dari daging mentah dan dalam suhu yang sesuai.
Khusus untuk produk susu, pastikan selalu membeli produk yang telah dipasteurisasi. Tanggal kedaluwarsa harus diperiksa dengan teliti, dan produk harus disimpan dalam kondisi dingin yang tepat. Produk yang menunjukkan tanda-tanda pembengkakan, kebocoran, atau perubahan tekstur sebaiknya dihindari.
Penanganan infeksi E. coli.
American Academy of Family Physicians (AAFP) menyediakan panduan penanganan yang komprehensif untuk kasus infeksi E. coli. Pertolongan medis harus segera dicari ketika diare berlangsung lebih dari 3 hari, demam tinggi tidak kunjung turun, terdapat darah dalam tinja, atau mengalami dehidrasi berat. Penanganan awal dapat dilakukan dengan memastikan asupan cairan yang cukup, beristirahat, dan menghindari penggunaan obat anti-diare tanpa resep dokter. Pemantauan kondisi pasien secara ketat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang tidak diinginkan.
Kasus McDonald's ini menjadi pengingat penting tentang bahaya bakteri E. coli dan pentingnya keamanan pangan. Meski sebagian besar kasus dapat pulih dengan sendirinya dalam waktu 5-7 hari, beberapa kasus dapat berkembang menjadi kondisi yang mengancam nyawa. CDC terus memantau situasi dan menghimbau masyarakat untuk waspada terhadap gejala-gejala infeksi setelah mengonsumsi makanan yang dicurigai terkontaminasi.
Keamanan pangan menjadi tanggung jawab bersama, mulai dari produsen hingga konsumen. Pemahaman tentang risiko E. coli dan penerapan praktik keamanan pangan yang tepat dapat membantu mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Dalam kasus apapun, kesigapan dalam mengenali gejala dan mencari pertolongan medis menjadi kunci penanganan infeksi E. coli yang efektif.