Brilio.net - Bagi sebagian besar orang, mi instan menjadi makanan favorit karena cenderung praktis dibuat, murah, dan mengenyangkan. Selain harganya yang terjangkau, makanan yang identik jadi sahabat karib anak kos ini memang memiliki rasa lezat karena menawarkan berbagai macam pilihan rasa.
Namun tahukah kamu? Mengonsumsi mi instan juga memiliki risiko tersendiri, terutama jika dikonsumsi terlalu sering. Dilansir dari healthline.com, sebuah studi pada 2014 mengamati pola makan pada 10.711 orang dewasa. Hasilnya, ditemukan bahwa mereka yang makan mi instan setidaknya dua kali seminggu meningkatkan risiko sindrom metabolik pada wanita.
-
Jangan disepelekan, ini 9 ancaman bahaya terlalu sering konsumsi mie instan bagi anak kecil Terlihat dari kondisi ginjal yang tidak berkembang sesuai dengan usia anak.
-
Ini 4 kandungan berbahaya yang terdapat di dalam mi instan Sejumlah kandungan di dalam mi instan ternyata berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi terus menerus.
-
Mi instan dikabarkan mengandung bahan pengawet beracun, benar nggak? Rasanya yang enak, mudah disajikan, dan harga terjangkau bikin makanan cepat saji ini jadi menu favorit, terutama anak kos.
Sindrom metabolik sendiri merupakan suatu kondisi dimana meningkatnya risiko berbagai macam penyakit seperti penyakit jantung, diabetes, dan stroke. Natrium, kalori, dan lemak yang tinggi pada sebungkus mi instan memang perlu diwaspadai. Ditambah dengan pemrosesan yang pastinya ditambah bahan kimia atau pengawet.
Oleh karena itu, mengurangi konsumsi mi instan memang sebaiknya dilakukan. Karena jika tidak, ada beberapa risiko penyakit yang menanti di kemudian hari. Lebih jelasnya, berikut 10 bahaya konsumsi mi instan terlalu sering, dilansir BrilioFood dari berbagai sumber pada Rabu (11/5).
1. Obesitas.
foto: unsplash.com
Salah satu bahaya dari konsumsi mi instan adalah peningkatan risiko obesitas. Dilansir dari thehealthsite.com, mi instan dibuat dengan tepung halus yang menjadi salah satu faktor pada penambahan berat badan seseorang. Hal ini karena jumlah kalori dan karbohidrat yang di dalamnya yang cukup tinggi. Sehingga sangat mungkin seseorang yang sering mengonsumsi mi instan akan mengalami obesitas.
2. Meningkatkan risiko kolesterol.
foto: freepik.com
Sebagian besar makanan olahan, seperti mi instan mengandung lemak yang tidak baik, seperti asam lemak jenuh atau lemak trans. Dilansir dari food.ndtv.com, mi instan mengandung lemak jenuh yang jika dikonsumsi secara berlebihan atau rutin dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Sedangkan memiliki kolesterol tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes tipe 2.
3. Rendah serat dan protein.
foto: freepik.com
Selain itu, penting untuk mengetahui kandungan mi instan yang cenderung rendah serat dan protein. Sehingga sangat mungkin tubuh tidak bisa mendapat nutrisi yang cukup. Protein dan serat memiliki peran yang penting. Dilansir dari healthline.com, protein terbukti dapat meningkatkan rasa kenyang, sedangkan serat membantu meningkatkan kesehatan pencernaan.
4. Mengandung pengawet berbahaya.
foto: pixabay.com
Ada dua jenis pengawet kimia yang sering ditambahkan dalam pembuatan mi instan, yakni butylated hydroxyanisole (BHA) dan tersier-butyl hydroquinone (TBHQ). Jika tubuh terlalu sering mendapat asupan kimia ini, maka bukan tidak mungkin terjadinya masalah kesehatan yang parah.
Dilansir dari thehealthsite.com, tubuh yang terpapar dua bahan kimia tersebut secara konstan dapat meningkatkan risiko asma, kecemasan, diare, hingga memengaruhi organ reproduksi dan mengganggu endokrin.
5. Sistem pencernaan terganggu.
foto: unsplash.com
Setelah mengonsumsi mi instan, perut cenderung membutuhkan waktu lebih lama untuk mencernanya dan benar-benar menghancurkannya. Dilansir dari food.ndtv.com, tubuh lebih sulit mencerna mi instan dibandingkan saat mengonsumsi mi segar yang baru dibuat. Hal ini tentu dapat menghambat sistem pencernaan dan tubuh berisiko mengalami sembelit, kembung, bahkan usus bocor.
6. Menyebabkan tekanan darah tinggi.
foto: freepik.com
Bumbu pada mi instan memang menjadi kunci dari rasa yang lezat sehingga banyak digemari. Sayangnya, bumbu tersebut juga mengandung asupan garam yang tinggi dan berisiko pada tekanan darah. Dilansir dari healthline.com, mi instan mengandung 861 mg sodium. Jumlah yang cukup tinggi untuk menyebabkan tekanan darah tinggi terutama pada individu yang sensitif terhadap garam.
7. Meningkatkan risiko diabetes.
foto: freepik.com
Tepung terigu olahan yang dijadikan bahan utama dari pembuatan mi memiliki kalori cukup tinggi. Sedangkan konsumsi tepung putih secara berlebihan juga dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2 dan resistensi insulin.
Dilansir dari thehealthsite.com, sebuah penelitian di Korea Selatan menyimpulkan bahwa konsumsi mi instan berlebihan dapat meningkatkan kadar gula dalam darah.
8. Kerusakan jaringan otak.
foto: freepik.com
Selain itu, mengonsumsi mi instan terlalu sering juga membuat zat-zat kimia menumpuk dalam tubuh. Dampak buruknya pun bisa merusak sel-sel jaringan pada otak. Dilansir dari healthline.com, mi instan mengandung MSG, sedangkan dalam beberapa penelitian, MSG berdampak negatif pada kesehatan otak.
9. MSG yang tinggi.
foto: pixabay.com
Kandungan MSG dalam mi instan memang perlu diwaspadai. Dilansir dari parkwateast.com, konsumsi MSG dikaitkan dengan gejala masalah kesehatan, seperti sakit kepala, mual, tekanan darah tinggi, ketegangan otot, nyeri dada, jantung berdebar, hingga kulit memerah. Supaya lebih sehat, cukup konsumsi mi instan dalam jumlah sedang dan dalam jangka waktu yang tidak sering untuk menghindari efek samping tersebut.
10. Berbahaya bagi anak.
foto: unsplash.com
Propilen glikol yang ditambahkan pada mi instan demi menjaga kelembapannya cukup berbahaya, terutama bagi anak-anak. Dilansir dari thehealthsite.com, propilen glikol bisa dengan cepat terakumulasi di jantung, hati, dan ginjal yang kemudian dapat menyebabkan kerusakan para organ-organ vital ini.