Brilio.net - Rasa cemas dan stres umum dialami banyak orang dalam kehidupan sehari-hari. Namun, bahaya cemas dan stres berkepanjangan sering kali diabaikan. Padahal dampaknya bisa sangat merugikan bagi kesehatan. Cemas dan stres berkepanjangan tidak hanya memengaruhi kesehatan jantung, tetapi juga menimbulkan gangguan serius lainnya.
Melansir dari Antara, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto, Rio Probo Kaneko mengungkapkan faktor adanya sakit jantung bisa disebabkan oleh cemas atau stres berkepanjangan. Lebih jauh dijelaskan bahwa stres berkepanjangan menimbulkan respon tubuh mengeluarkan hormon epinefrin, kortisol, hingga dopamin yang berlebihan.
-
15 Hal yang paling sering membikin kamu stres Stres bukan hanya berasal dari hal negatif.
-
5 Risiko buruk kesehatan jika kamu stres dengan pekerjaanmu Pekerjaan yang menyenangkan pun bisa bikin stres.
-
Tanda kelelahan kronis yang berbahaya, jangan diabaikan! Kenali tanda kelelahan kronis yang bisa berakibat fatal.
Ketika hormon tersebut meningkat bisa memberikan sinyal buruk bagi kesehatan jantung. Dampak negatifnya, kerja jantung jadi lebih berat hingga detaknya jauh lebih cepat. Nggak cuma stres, menurutnya kecemasan dalam jangka panjang juga berdampak hal yang sama. Terlebih apabila dialami dalam jangka waktu selama 6 sampai 12 bulan.
Meski begitu, apabila kecemasan dan stres yang dialami hanya 1 sampai 2 hari maka tidak termasuk bahaya. Lantas apa saja bahaya cemas dan stres berkepanjangan bagi tubuh seseorang? Supaya makin aware pada diri sendiri, berikut ini ulasan lengkapnya yang disadur brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (19/9).
1. Gangguan kesehatan mental.
foto: freepik.com
Cemas dan stres berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental yang serius. Stres yang berkepanjangan dapat memicu gangguan seperti gangguan kecemasan umum (GAD), depresi, hingga gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Psychiatry, individu yang mengalami stres kronis memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan gangguan kecemasan maupun depresi, karena sistem saraf yang tertekan mengganggu keseimbangan kimia otak.
Gejala ini seringkali melibatkan perasaan cemas yang berlebihan, kesedihan mendalam, hingga kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Penting untuk mengidentifikasi serta menangani gangguan ini secara dini untuk mencegah dampak jangka panjang pada kesehatan mental.
2. Dampak pada sistem kekebalan tubuh.
Stres berkepanjangan dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan kerentanan terhadap berbagai infeksi dan penyakit. Penelitian dalam American Journal of Lifestyle Medicine, menunjukkan bahwa stres kronis dapat mengurangi produksi sel darah putih, yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh.
Kondisi tersebut membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi seperti flu, pilek, bahkan infeksi yang lebih serius. Mekanisme ini berhubungan dengan peningkatan produksi hormon stres seperti kortisol yang menghambat fungsi sistem kekebalan. Oleh karena itu, manajemen stres yang efektif penting untuk menjaga kesehatan kekebalan tubuh sekaligus mencegah penyakit.
3. Gangguan tidur.
Cemas dan stres berkepanjangan sering menyebabkan gangguan tidur, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan secara keseluruhan. Menurut Sleep Medicine Reviews, individu yang mengalami stres kronis mungkin mengalami kesulitan tidur, tidur yang tidak nyenyak, atau insomnia.
Gangguan tidur ini bisa menyebabkan kelelahan, penurunan konsentrasi, hingga masalah kesehatan seperti obesitas maupun diabetes tipe 2. Kurangnya tidur yang berkualitas juga dapat memperburuk stres dan kecemasan, sehingga menciptakan siklus yang sulit dipecahkan. Oleh karena itu, penting untuk mencari cara untuk mengatasi stres serta menjaga kebiasaan tidur yang sehat.
4. Masalah jantung dan pembuluh darah.
Stres berkepanjangan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung maupun masalah pembuluh darah. Penelitian yang diterbitkan dalam Circulation menunjukkan bahwa stres kronis dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sekaligus kadar kolesterol, serta memperburuk kondisi jantung.
Hormon stres seperti adrenalin dan kortisol dapat meningkatkan denyut jantung maupun menyebabkan penyempitan pembuluh darah, yang meningkatkan risiko penyakit jantung koroner serta serangan jantung. Penanganan stres melalui teknik relaksasi maupun gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
5. Gangguan pencernaan.
Stres berkepanjangan juga dapat berdampak negatif pada sistem pencernaan. Menurut Gastroenterology Clinics of North America, stres dapat menyebabkan atau memperburuk kondisi seperti sindrom iritasi usus besar (IBS), refluks asam, dan maag.
Stres dapat mengganggu fungsi normal sistem pencernaan, menyebabkan gejala seperti sakit perut, diare, atau sembelit. Ini karena stres dapat mempengaruhi sekresi asam lambung maupun pergerakan usus. Mengelola stres dengan cara yang tepat, seperti melalui diet sehat serta teknik relaksasi, dapat membantu mengurangi gejala gangguan pencernaan.
6. Penurunan kualitas hidup.
Terakhir, cemas dan stres berkepanjangan dapat secara signifikan mengurangi kualitas hidup seseorang. Riset yang dipublikasikan dalam Journal of Occupational Health Psychology menunjukkan bahwa orang yang mengalami stres kronis sering kali mengalami penurunan produktivitas kerja, hubungan interpersonal yang terganggu, hingga kepuasan hidup yang rendah.
Stres yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan masalah hubungan, kesulitan berfungsi secara efektif dalam pekerjaan, bahkan pengurangan kualitas interaksi sosial. Mengatasi stres dengan cara yang sehat dan mencari dukungan sosial dapat membantu meningkatkan kualitas hidup serta kesejahteraan hidup secara keseluruhan.