Brilio.net - Sajian makanan berbahan dasar tepung sangatlah jamak dijumpai saat jamuan makan, mulai lauk pauk, hingga hidangan penutup. Tidak heran jika tepung merupakan salah satu bahan pangan pokok manusia. Namun apakah kamu mengetahui ternyata terlalu sering konsumsi makanan dari tepung memiliki efek samping yang sangat berbahaya bagi tubuh?

Nyatanya, tepung alami atau tepung olahan telah kehilangan berbagai nutrisi penting dalam proses pembuatannya. Alhasil yang tersimpan di dalamnya hanyalah karbohidrat dan kadar gula tinggi yang sangat berbahaya jika terlalu sering dikonsumsi. Nggak heran jika banyak yang mengalami masalah kesehatan, karena disebabkan kenaikan kalori dan asupan kadar gula yang terlalu tinggi, seperti obesitas dan diabetes tipe 2.

Selain itu, efek samping terlalu sering konsumsi makanan dari tepung menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh vital seperti jantung dan lambung. Perlu adanya kesadaran dari setiap pihak untuk mencegah masalah kesehatan ini terus meluas. Jika kamu tertarik mendalami informasi seputar efek samping terlalu sering konsumsi makanan dari tepung, kamu bisa mendapatkannya di artikel ini.

Tidak perlu berlama-lama lagi, berikut tujuh efek samping terlalu sering konsumsi makanan dari tepung, seperti dilansir brilio.net dari berbagai sumber pada Senin (20/5).

1. Obesitas.

foto: freepik.com

Tepung sering kali menjadi bahan dasar untuk banyak makanan yang tinggi kalori dan rendah nutrisi, seperti roti putih, kue, kue kering, pasta, dan makanan ringan yang diproses. Konsumsi berlebihan makanan ini dapat berkontribusi secara signifikan pada kenaikan berat badan yang tidak terkontrol hingga obesitas. Tepung olahan kehilangan sebagian besar serat selama proses pemrosesannya.

Serat adalah nutrisi penting yang membantu memperlambat penyerapan gula darah dan memberikan rasa kenyang lebih lama. Tanpa cukup serat, seseorang mungkin cenderung merasa lebih cepat lapar dan mengonsumsi lebih banyak kalori. Perlu diketahui pula, makanan berbasis tepung olahan seringkali memiliki indeks glikemik tinggi yang berarti cepat dicerna dan diserap oleh tubuh.

Hal tersebut menyebabkan lonjakan gula darah yang cepat diikuti oleh penurunan tajam. Lonjakan dan penurunan gula darah ini dapat meningkatkan rasa lapar dan memicu keinginan untuk makan lebih banyak, terutama makanan tinggi gula dan karbohidrat lainnya. Oleh karena itu, terlalu sering mengonsumsi makanan dari tepung, terutama yang diproses dan tinggi kalori dapat secara signifikan meningkatkan risiko obesitas. 

 

 

Gangguan metabolisme tubuh.

2. Diabetes.

foto: freepik.com

Terlalu sering mengonsumsi makanan tinggi tepung, terutama yang terbuat dari tepung olahan dapat meningkatkan risiko pengembangan diabetes tipe 2. Makanan yang tinggi tepung sering kali juga tinggi kalori dan mungkin mengandung lemak jenuh dan trans. Konsumsi berlebihan kalori dan lemak ini dapat menyebabkan penumpukan lemak, terutama di daerah perut, yang merupakan faktor terbesar risiko untuk diabetes tipe 2.

Selain itu, makanan dari tepung olahan seringkali rendah serat dan tidak memberikan rasa kenyang yang berkelanjutan, sehingga menyebabkan seseorang mengonsumsi lebih banyak kalori secara keseluruhan. Konsumsi kalori yang berlebihan tersebut lah yang kemudian menyebabkan kenaikan berat badan.

Kelebihan berat badan adalah salah satu faktor risiko utama untuk pengembangan diabetes tipe 2. Secara keseluruhan, terlalu sering mengonsumsi makanan tinggi tepung, terutama yang terbuat dari tepung olahan dan diproses dapat meningkatkan risiko pengembangan diabetes tipe 2.

3. Gangguan metabolisme tubuh.

foto: freepik.com

Terlalu sering mengonsumsi makanan tinggi tepung, terutama yang terbuat dari tepung olahan dapat menyebabkan gangguan metabolisme tubuh. Pasalnya, makanan berbahan tepung cenderung memiliki indeks glikemik tinggi yang dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat setelah dikonsumsi. Jika terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam regulasi gula darah dan gangguan metabolisme karbohidrat.

Perlu diingat bahwa mengonsumsi berlebihan makanan tinggi tepung dapat menyebabkan resistensi insulin. Hal tersebut membuat tubuh harus memproduksi lebih banyak insulin untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal. Resistensi insulin ini dapat menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Konsumsi berlebihan makanan tinggi tepung juga dapat meningkatkan kadar kolesterol. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan gangguan metabolisme lainnya.

4. Resistensi insulin.

foto: freepik.com

Resistensi insulin adalah kondisi di mana sel-sel tubuh tidak lagi merespons insulin dengan baik, sehingga membutuhkan jumlah insulin yang lebih besar untuk menurunkan kadar gula darah ke tingkat yang normal. Terlalu sering mengonsumsi makanan tinggi tepung, terutama yang terbuat dari tepung olahan dapat berkontribusi pada perkembangan resistensi insulin.

Makanan yang tinggi tepung sering mengandung karbohidrat sederhana yang mudah dicerna, seperti gula dan tepung olahan. Konsumsi berlebihan karbohidrat sederhana dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang cepat dan meningkatkan risiko resistensi insulin. Selain itu, makanan dari tepung olahan cenderung memiliki indeks glikemik yang tinggi.

Kenaikan gula darah ini memicu pelepasan insulin oleh pankreas. Dalam waktu yang lama, paparan berulang terhadap tingkat gula darah yang tinggi dapat menyebabkan sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin yang dikenal sebagai resistensi insulin.

 

Risiko penyakit jantung.

5. Risiko penyakit lambung.

foto: freepik.com

Terlalu sering mengonsumsi makanan tinggi tepung, terutama yang terbuat dari tepung olahan dapat meningkatkan risiko penyakit lambung. Beberapa makanan yang tinggi tepung, terutama yang mengandung gula tambahan atau bahan pengawet, dapat menyebabkan iritasi pada lambung. Peningkatan asam lambung dan refluks asam dapat menyebabkan gejala seperti nyeri, perut kembung, dan rasa tidak nyaman.

Mengonsumsi berlebihan makanan tinggi tepung juga meningkatkan risiko penyakit maag atau gastritis. Makanan yang pedas, berlemak atau asam dapat merangsang produksi asam lambung yang berlebihan. Akibatnya, dapat merusak lapisan lambung dan menyebabkan peradangan. Selain itu, makanan tinggi tepung olahan dan gula tambahan dapat memicu refluks asam, di mana asam lambung naik kembali ke kerongkongan. Refluks asam kronis dapat menyebabkan kerusakan pada kerongkongan.

6. Risiko penyakit jantung.

foto: freepik.com

Terlalu sering mengonsumsi makanan tinggi tepung, terutama yang terbuat dari tepung olahan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Makanan dari tepung olahan seringkali tinggi kalori dan dapat mengandung lemak jenuh dan trans, terutama jika diproses dengan tambahan mentega, minyak, atau bahan lemak lainnya. Konsumsi berlebihan lemak jenuh dan trans telah terkait dengan peningkatan risiko penyakit jantung, karena dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam darah.

Selain itu, makanan yang berbahan dasar tepung juga dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat karena kandungan karbohidrat sederhana dan rendah seratnya. Karbohidrat sederhana dalam tepung olahan dapat meningkatkan produksi trigliserida, yang kemudian dapat mengubah partikel kolesterol menjadi bentuk yang lebih kecil dan padat. Akibatnya, partikel kolesterol ini menyumbat pembuluh darah arteri.

7. Kekurangan nutrisi penting.

foto: freepik.com

Mengonsumsi makanan yang tinggi tepung dapat menyebabkan kekurangan nutrisi penting, seperti vitamin, serat, mineral, dan nutrisi lainnya yang penting untuk metabolisme tubuh. Tepung olahan sering kali diproses sehingga kehilangan sebagian besar seratnya. Serat adalah nutrisi penting yang membantu menjaga kesehatan pencernaan, mengatur kadar gula darah, mengontrol kolesterol, dan memberikan rasa kenyang lebih lama.

Kekurangan serat dalam diet dapat meningkatkan risiko sembelit dan meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes. Vitamin dan mineral juga penting untuk fungsi tubuh yang optimal, termasuk penyerapan nutrisi, fungsi otak, sistem kekebalan tubuh, dan pembentukan tulang. Kekurangan nutrisi ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk kelemahan otot, kelelahan, gangguan pertumbuhan, dan berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi.

Selain itu, makanan bertepung sering kali juga kekurangan antioksidan. Antioksidan membantu melawan radikal bebas dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan berkontribusi pada perkembangan penyakit kronis seperti kanker, penyakit jantung, dan penuaan dini.

Penting untuk memilih makanan dengan baik dan memasukkan sumber nutrisi yang beragam dalam konsumsi asupan harian, seperti biji-bijian utuh, buah-buahan, sayuran, protein nabati dan hewani, serta lemak sehat. Hal ini untuk memastikan tubuh mendapatkan semua nutrisi yang diperlukan untuk kesehatan yang optimal.

 

(Mgg/Zidan Fajri)