Brilio.net - Teknologi digital dan media sosial sangat memengaruhi kehidupan masyarakat secara signifikan. Tidak hanya menentukan tren dalam pakaian, otomotif, pariwisata, dan kuliner, media sosial juga dapat membentuk gaya hidup seseorang. Sayangnya, paparan berlebihan terhadap media sosial juga bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental.

Memang tidak dapat dimungkiri bahwa makanan yang muncul di media sosial juga memengaruhi selera banyak orang. Bahkan tidak sedikit makanan yang kemudian viral dan membuat sejumlah pengguna media sosial ingin mencicipinya.

Jika makanan yang viral cenderung sehat, tren tersebut tentu sangat baik dan membawa dampak positif. Namun sayangnya, lebih banyak makanan dengan gizi rendah yang justru menarik lebih banyak perhatian.

Makanan viral adalah salah satu tren yang sering menjadi incaran banyak orang. Tidak sedikit yang bahkan sampai rela menunggu berjam-jam demi mencicipinya.

Namun, mengonsumsi makanan tersebut secara berlebihan bisa mendatangkan malapetaka bagi kesehatan tubuh. Seorang pria berusia 23 tahun, contohnya, harus menghadapi kenyataan pahit didiagnosis diabetes tipe 2 akibat pola makan yang tidak sehat.

Di usia yang terbilang muda, pria asal Malaysia ini harus bolak-balik ke rumah sakit untuk pemeriksaan rutin. Ia mengakui bahwa salah satu penyebab penyakitnya adalah kebiasaannya mencoba makanan viral tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang. Keinginannya untuk tidak ketinggalan tren kuliner menyebabkan ia mengabaikan pentingnya menjaga pola makan yang sehat.

"Sebisa mungkin, aku nggak mau ketinggalan coba makanan viral karena semuanya terlihat enak, sampai rela antre berjam-jam sekalipun. Pernah aku antre sampai 3 jam hanya untuk beli roti viral," pungkasnya dikutip BrilioFood dari siakapkeli.my pada Senin (2/12).

foto: pixabay.com

Akibat kebiasaan ini, ia kehilangan selera untuk mengonsumsi makanan sehat seperti buah-buahan dan sayuran. Dampaknya, ia harus menyuntikkan insulin empat kali sehari agar tetap bisa beraktivitas dengan normal. Hal tersebut sontak membuatnya menyesali kebiasaan buruknya dulu dan lebih bijak dalam memilih makanan.

"Sekarang sudah jadi rutinitas harus suntik insulin empat kali sehari. Saat makan juga harus lebih selektif, hanya ambil makanan yang sehat," ujarnya.

foto: pixabay.com

Dilansir dari jurnal bmj.com, ahli kesehatan menekankan bahwa gula bukanlah zat yang sepenuhnya buruk, asalkan dikonsumsi dalam jumlah yang wajar. Gula tetap diperlukan oleh tubuh, namun jika dikonsumsi berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk diabetes.

Berdasarkan Statistik Tinjauan Kebangsaan Kesehatan dan Morbiditas (NHMS) pada tahun 2019, sekitar 3,9 juta orang di Malaysia menderita diabetes. Angka prevalensi diabetes di negara ini pada 2019 meningkat menjadi 18,3% dari 13,4% pada tahun 2015.

foto: pixabay.com

Diabetes tipe 1 dan tipe 2 memiliki perbedaan mendasar. Diabetes tipe 1 biasanya didiagnosis pada anak-anak atau remaja dan tidak selalu berkaitan dengan berat badan. Pada tipe ini, pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengirimkan glukosa ke sel-sel tubuh. Perawatannya melibatkan suntikan atau penggunaan pompa insulin.

Diabetes tipe 2, yang lebih umum terjadi pada usia di atas 30 tahun, disebabkan oleh resistensi insulin atau kurangnya produksi insulin. Penyakit ini sering dikaitkan dengan kelebihan berat badan, kadar kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi. Perawatan awal melibatkan perubahan gaya hidup sehat dan diet ketat. Jika perubahan tersebut tidak efektif, suntikan insulin menjadi pilihan pengobatan.

Kisah pria muda ini menjadi pelajaran berharga bagi semua orang untuk lebih bijak dalam mengikuti tren makanan viral. Mengonsumsi makanan tren tidak masalah, tetapi harus tetap memerhatikan keseimbangan dan tidak merusak kesehatan tubuh. Menjaga pola makan sehat dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin adalah kunci untuk menghindari masalah kesehatan serius di kemudian hari.