Brilio.net - Beberapa waktu yang lalu, linimasa menjadi heboh karena kasus seorang anak berusia 13 tahun yang telah didiagnosis dengan gagal ginjal. Kondisi yang sudah parah membuat anak dengan inisial MC harus menjalani cuci darah dua kali seminggu sejak tahun 2022 hingga sekarang.
Setelah diselidiki, penyebab gagal ginjal yang dialami oleh remaja berusia 13 tahun ini adalah kebiasaannya mengonsumsi mie instan sejak kecil. Informasi ini diungkapkan oleh ibunya, yang menyatakan bahwa MC bisa mengonsumsi mie instan hingga dua kali sehari.
-
Viral banyak anak cuci darah di RSCM, ini 10 penyebab gagal ginjal pada usia dini IDAI menemukan setidaknya 1 dari 5 anak Indonesia berpotensi mengalami kerusakan ginjal.
-
Berapa kali seminggu kamu boleh makan mi instan? Ini penjelasan dokter Ada yang lebih perlu diwaspadai yaitu kandungan MSG yang terdapat di dalam bumbu-bumbu mi.
-
Ini 4 kandungan berbahaya yang terdapat di dalam mi instan Sejumlah kandungan di dalam mi instan ternyata berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi terus menerus.
Akibatnya, kandungan yang terdapat dalam mie instan dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal. Hal ini terlihat dari kondisi ginjal yang tidak berkembang sesuai dengan usia anak.
Selain hal itu, ternyata masih banyak ancaman bahaya yang bisa menyerang siapa saja yang sering mengonsumsi mie instan. BrilioFood sudah lansir dari berbagai sumber, 9 ancaman bahaya terlalu sering konsumsi mie instan bagi anak kecil pada Senin (12/8).
1. Kerusakan ginjal.
foto: pexels.com
[KUIS] Tes usus kotor lewat 7 pertanyaan: Kenali gejalanya dan dapatkan rekomendasi makanan sehat
Mie instan mengandung kadar natrium yang sangat tinggi serta bahan pengawet yang dapat memberikan beban tambahan pada ginjal. Jika anak-anak mengonsumsi mie instan secara berlebihan, ini dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal, yang berpotensi menghambat pertumbuhan dan perkembangan fisik serta mental. Gangguan ginjal dapat mengakibatkan masalah kesehatan jangka panjang, seperti hipertensi dan gangguan metabolisme, sehingga penting untuk membatasi konsumsi mie instan dalam diet anak.
2. Obesitas.
Mie instan mengandung kalori tinggi tetapi minim nutrisi penting seperti vitamin dan mineral. Jika anak-anak sering mengonsumsinya, mereka berisiko mengalami kelebihan berat badan. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan terkena obesitas, yang terkait dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. Oleh karena itu, penting untuk membatasi konsumsi mie instan dan memastikan anak mendapatkan pola makan seimbang yang kaya nutrisi.
3. Kekurangan nutrisi.
foto: pexels.com
Mie instan umumnya rendah vitamin dan mineral esensial yang penting bagi anak. Jika anak sering mengonsumsi mie instan, mereka berisiko kekurangan nutrisi penting, yang sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan optimal. Kekurangan nutrisi ini dapat berdampak negatif pada perkembangan fisik, seperti tinggi badan dan kekuatan otot, serta perkembangan kognitif, termasuk kemampuan berpikir, belajar, dan konsentrasi. Oleh karena itu, penting untuk memastikan anak mendapatkan pola makan yang seimbang dan bergizi untuk mendukung perkembangan mereka secara keseluruhan.
4. Masalah pencernaan.
Mie instan memiliki kandungan serat yang sangat rendah, yang penting untuk pencernaan yang sehat. Tanpa serat yang cukup, pergerakan usus menjadi lambat, yang dapat menyebabkan sembelit. Anak-anak yang sering mengonsumsi mie instan berisiko mengalami ketidaknyamanan perut, seperti rasa penuh atau kembung, serta gangguan pencernaan lainnya. Kekurangan serat juga dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik dalam usus, yang berperan penting dalam kesehatan sistem pencernaan dan penyerapan nutrisi. Masalah pencernaan ini, jika dibiarkan terus-menerus, bisa berdampak negatif pada kesehatan anak secara keseluruhan.
5. Kenaikan risiko penyakit jantung.
Mie instan mengandung natrium dan lemak jenuh dalam jumlah tinggi, yang dapat berkontribusi pada peningkatan tekanan darah dan penumpukan lemak di pembuluh darah. Jika dikonsumsi secara berlebihan, terutama oleh anak-anak, hal ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung di kemudian hari. Tingginya kadar natrium dapat menyebabkan hipertensi, sementara lemak jenuh dapat memicu aterosklerosis atau penyempitan arteri, kondisi yang berbahaya bagi kesehatan jantung. Kebiasaan makan ini, jika tidak dikontrol, dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan kardiovaskular anak saat dewasa nanti.
6. Alergi dan sensitivitas.
foto: pexels.com
Beberapa anak mungkin memiliki alergi atau sensitivitas terhadap bahan tambahan dalam mie instan, seperti pengawet dan perasa buatan. Bahan-bahan ini dapat memicu reaksi alergi, seperti ruam, gatal, atau masalah pernapasan, serta gangguan pencernaan seperti mual atau diare. Sensitivitas terhadap bahan tambahan juga bisa menyebabkan gangguan perilaku, seperti hiperaktivitas, atau memperburuk kondisi kesehatan yang sudah ada. Oleh karena itu, penting untuk memonitor konsumsi mie instan pada anak-anak dan memperhatikan gejala yang mungkin muncul setelah mengonsumsinya.
7. Kesehatan mental yang buruk.
foto: pexels.com
Diet yang tidak seimbang, terutama dengan konsumsi mie instan berlebihan, dapat mengakibatkan kekurangan nutrisi esensial seperti vitamin B, zat besi, dan omega-3, yang sangat penting untuk kesehatan otak. Kekurangan nutrisi ini dapat menyebabkan anak mengalami gangguan mood, seperti mudah marah atau cemas, serta kesulitan berkonsentrasi. Kurangnya asupan nutrisi yang cukup juga dapat mengganggu perkembangan kognitif dan emosional anak, sehingga berdampak negatif pada kemampuan belajar dan interaksi sosial mereka.
8. Gangguan metabolisme.
foto: pexels.com
Mie instan dapat mengganggu metabolisme anak karena kandungan gizinya yang rendah dan tinggi kalori. Ketidakseimbangan energi terjadi ketika tubuh anak tidak mendapatkan nutrisi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitas harian. Akibatnya, tubuh menjadi kurang efisien dalam mengolah makanan, yang dapat menyebabkan peningkatan berat badan, kelelahan, dan masalah kesehatan lainnya. Ini juga bisa mempengaruhi perkembangan fisik dan mental anak dalam jangka panjang.
9. Kecanduan makanan tidak sehat.
Kebiasaan mengonsumsi mie instan secara rutin dapat membuat anak terbiasa dengan rasa makanan cepat saji yang kuat, tinggi garam, dan MSG. Hal ini bisa menyebabkan anak menjadi lebih memilih makanan cepat saji lainnya yang juga tidak sehat, sehingga menciptakan pola makan yang buruk.
Akibatnya, anak mungkin enggan mencoba makanan sehat yang memiliki rasa lebih alami dan kurang intens, mengurangi asupan nutrisi penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka. Ini bisa berdampak jangka panjang pada kesehatan, meningkatkan risiko obesitas, defisiensi nutrisi, dan masalah kesehatan lainnya.