Brilio.net - Dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) yang menjabat sebagai Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengimbau agar orang tua tidak membiasakan anak-anak mengonsumsi susu kemasan atau susu UHT (Ultra High Temperature) secara rutin. Menurut Dr. Piprim, susu seharusnya hanya berperan sebagai nutrisi tambahan bagi anak-anak. Ia menekankan pentingnya memprioritaskan pemberian makanan utuh atau 'real food' sebagai sumber nutrisi utama dalam diet anak-anak.

Menurutnya, anak-anak harus diberikan real food saja. Sedangkan susu jadi komplementer saja untuk memenuhi kebutuhan harian anak. "Real food" mengacu pada makanan yang masih dalam kondisi alami atau hanya mengalami sedikit pengolahan. Makanan jenis ini tidak mengandung bahan kimia tambahan, pemanis artifisial, atau pengawet, dan hanya mengalami modifikasi minimal dari bentuk aslinya. Kategori real food mencakup berbagai jenis makanan kaya protein, baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan, serta makanan yang menjadi sumber serat alami seperti sayur-sayuran dan aneka buah.

Dr Piprim Basarah Yanuarso juga memperingatkan tentang konsekuensi serius yang dapat timbul akibat pemberian makanan olahan ultra seperti susu UHT dan makanan cepat saji secara berlebihan kepada anak-anak. Kebiasaan ini dapat berdampak buruk pada kesehatan, dengan risiko yang meliputi berbagai penyakit serius, mulai dari diabetes hingga gangguan fungsi ginjal yang parah.

Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan orang tua untuk mencegah anak terserang diabetes. Salah satunya dengan memperbanyak minum air putih dan menghindari berbagai bahan pemanis yang ada di susu UHT. Selain itu, ada beberapa alasan lainnya yang jadi penyebab kenapa susu UHT berisiko meningkatkan penyakit diabetes pada anak. Berikut BrilioFood lansir dari berbagai sumber pada Rabu (24/7), ini 8 alasannya.

1. Kandungan gula tambahan.

foto: pexels.com

Beberapa susu UHT, terutama yang diberi rasa, sering mengandung gula tambahan. Konsumsi gula berlebihan secara rutin dapat menyebabkan resistensi insulin dan meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

2. Indeks glikemik tinggi.

Susu UHT mungkin memiliki indeks glikemik lebih tinggi dibandingkan susu segar karena proses pemanasan tinggi yang dapat mengubah struktur protein dan karbohidrat susu.

3. Tidak mengandung serat.

foto:pexels.com

Susu UHT tidak mengandung serat. Konsumsi berlebihan tanpa diimbangi makanan berserat dapat memengaruhi kontrol gula darah.

4. Kalori tinggi.

foto: pexels.com

Beberapa susu UHT, terutama yang diberi rasa, bisa tinggi kalori. Konsumsi berlebihan dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang merupakan faktor risiko diabetes.

5. Perubahan komposisi nutrisi.

Proses UHT dapat mengurangi beberapa nutrisi penting dalam susu, meskipun efeknya minimal.

6. Kebiasaan makan.

foto: pexels.com

Ketergantungan pada susu UHT bisa menggantikan konsumsi makanan segar yang lebih seimbang nutrisinya.

7. Aditif.

Beberapa susu UHT mungkin mengandung aditif untuk memperpanjang umur simpan, yang jika dikonsumsi berlebihan mungkin berdampak pada kesehatan.

8. Porsi konsumsi.

foto: pexels.com

Kemudahan dan rasa enak susu UHT bisa mendorong konsumsi berlebihan.

Penting untuk dicatat bahwa susu UHT sendiri tidak berbahaya jika dikonsumsi secara wajar sebagai bagian dari diet seimbang. Risiko meningkat ketika konsumsinya berlebihan atau menggantikan makanan segar lainnya. Selalu disarankan untuk membaca label nutrisi, memilih varian rendah gula, dan mengonsumsi dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan gizi anak.

Makanan dan minuman yang dianjurkan untuk dikonsumi oleh anak.

1. Sayuran segar seperti wortel, brokoli, bayam, kale, tomat, mentimun yang kaya serat, vitamin, dan mineral dengan indeks glikemik rendah.

2. Buah-buahan segar seperti apel, pir, jeruk, stroberi, blueberry yang mengandung serat dan vitamin, dengan indeks glikemik lebih rendah.

3. Makanan berprotein seperti ikan salmon, daging tanpa lemak, telur, kacang-kacangan yang membantu mengontrol rasa kenyang dan gula darah.

4. Biji-bijian utuh seperti nasi merah, roti gandum utuh, oatmeal yang kaya serat, melepaskan gula ke darah secara perlahan.

5. Kacang-kacangan seperti almond, kenari, biji chia, biji labu yang mengandung protein, serat, dan lemak sehat.

6. Susu dan produk susu rendah lemak seperti yogurt tanpa gula tambahan, keju cottage yang merupakan sumber kalsium dan protein yang baik.

7. Air putih adalah minuman utama yang dianjurkan, tanpa kalori dan gula.

8. Smoothie buah tanpa gula tambahan, dibuat dari buah segar dan yogurt tanpa gula.

9. Teh herbal tanpa gula sebagai alternatif minuman yang sehat dan bebas kafein.

10. Sup sayuran yang kaya nutrisi dan rendah kalori.

11. Telur rebus yang merupakan sumber protein berkualitas tinggi.

12. Ubi jalar panggang yang kaya serat dan vitamin, dengan indeks glikemik lebih rendah daripada kentang biasa.

Namun perlu diingat, kamu perlu memperhatikan porsinya, ya. Bahkan untuk makanan sehat sekalipun. Variasi makanan juga membantu memenuhi kebutuhan nutrisi yang beragam.

Kamu juga perlu menghindari minuman manis dan makanan olahan tinggi gula. Dorong anak untuk minum air putih secara teratur. Kombinasikan makanan ini dengan aktivitas fisik rutin untuk kesehatan optimal.

Jangan lupa, selalu konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi anak untuk rekomendasi diet yang lebih personal, terutama jika anak memiliki kondisi kesehatan khusus.