Brilio.net - Istilah surrogate mother atau ibu pengganti mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang. Istilah ini merujuk pada wanita yang meminjamkan rahimnya untuk membantu pasangan memperoleh keturunan. Surrogate mother atau ibu pengganti menjadi pilihan bagi pasangan yang kesulitan memiliki keturunan secara alami.
Dalam proses ini, seorang wanita meminjamkan rahimnya untuk mengandung anak dari pasangan tersebut. Kehamilan ibu pengganti bisa terjadi melalui inseminasi buatan dengan sperma ayah atau melalui fertilisasi in vitro (IVF), yang melibatkan penggabungan sel telur ibu kandung dan sperma ayah. Namun, di balik proses ini, ibu pengganti memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi kehamilan.
-
Bisa meningkatkan risiko lahir prematur, 11 pemicu hipertensi pada ibu hamil dan cara mencegahnya Hipertensi selama kehamilan dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, termasuk preeklamsia.
-
Kehamilan yang tidak direncanakan jadi pemicu tingginya kematian ibu Terlebih lagi bagi ibu yang masih sangat muda.
-
Kisah Preity Zinta dan 8 seleb India lahirkan anak lewat ibu pengganti Biasanya program ibu pengganti dilakukan karena beberapa masalah kesehatan yang membuat seorang ibu kesulitan untuk hamil.
Sebagaimana dalam laporan Medical Daily dalam studi Annals of Internal Medicine, menjelaskan bahwa ibu pengganti atau surrogate mother punya risiko lebih tinggi mengalami pendarahan usai melahirkan yang parah, hipertensi, hingga preeklamsia. Tak hanya itu, ibu pengganti juga punya risiko lebih tinggi untuk melahirkan secara prematur.
Melihat risiko alami komplikasi yang tinggi, penting untuk mengetahui cara mencegah dan mengelola risiko tersebut, agar ibu pengganti dapat menjalani kehamilan secara aman. Nah, supaya lebih memahami upaya pencegahannya, simak ulasan lengkapnya seperti dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (26/9).
1. Pemeriksaan kesehatan menyeluruh sebelum kehamilan.
foto: freepik.com
Pemeriksaan kesehatan yang komprehensif sebelum ibu pengganti memulai kehamilan menjadi langkah krusial untuk mencegah komplikasi. Menurut penelitian dari American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), pemeriksaan awal ini harus mencakup tes darah, penilaian hormon, hingga evaluasi kesehatan reproduksi.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi kondisi seperti hipertensi, diabetes, atau gangguan autoimun yang dapat memengaruhi kehamilan. Jika ditemukan masalah kesehatan, perawatan maupun pengobatan dini dapat dilakukan untuk menurunkan risiko komplikasi seperti preeklamsia ataupun kelahiran prematur .
2. Dukungan psikologis selama proses kehamilan.
Selain tantangan fisik, ibu pengganti sering menghadapi tekanan emosional yang signifikan. Pasalnya, kehamilan melalui program ibu pengganti dapat menimbulkan stres psikologis karena hubungan emosional dengan pasangan yang dibantu, tekanan sosial, bahkan perubahan hormon.
Nah, berdasarkan Journal of Women's Health, dukungan psikologis yang diberikan oleh konselor profesional atau psikolog dapat mengurangi kecemasan, stres, hingga depresi pada ibu pengganti. Sesi konseling reguler, baik sebelum maupun selama kehamilan, penting untuk memastikan kesehatan mental tetap stabil.
3. Asupan nutrisi yang seimbang.
Nutrisi yang baik sangat penting untuk kesehatan ibu pengganti sekaligus perkembangan janin. Studi yang diterbitkan oleh National Institutes of Health (NIH) menyatakan bahwa diet seimbang yang kaya akan sayuran, buah, protein, lemak sehat, hingga serat membantu mencegah komplikasi seperti anemia, diabetes gestasional, bahkan preeklamsia .
Ibu pengganti harus bekerja sama dengan ahli gizi untuk memastikan bahwa asupan nutrisi mencukupi kebutuhan energi maupun zat gizi selama kehamilan. Oleh sebab itu, menghindari makanan tinggi gula maupun lemak trans juga dapat membantu menjaga kadar gula darah serta tekanan darah tetap stabil.
4. Aktivitas fisik yang aman.
Olahraga ringan yang dilakukan secara rutin dapat membantu menjaga kebugaran ibu pengganti tanpa menambah risiko komplikasi. Penelitian dari American Journal of Obstetrics & Gynecology menunjukkan bahwa aktivitas fisik seperti berjalan kaki, berenang, atau yoga prenatal dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah, menjaga berat badan yang sehat, hingga mengurangi risiko diabetes gestasional serta preeklamsia.
Namun, olahraga harus disesuaikan dengan kondisi ibu yang dipantau oleh dokter untuk menghindari aktivitas yang berpotensi berbahaya bagi kehamilan.
5. Pemeriksaan antenatal secara berkala.
Pemeriksaan antenatal yang teratur sangat penting untuk memantau kesehatan ibu dan janin. Riset menunjukkan bahwa pemantauan medis yang teratur dapat mendeteksi dini komplikasi seperti kelahiran prematur, infeksi, atau masalah plasenta.
The World Health Organization (WHO) merekomendasikan setidaknya 8 kali pemeriksaan selama kehamilan untuk memastikan perkembangan janin berjalan baik lalu mengidentifikasi masalah kesehatan sejak dini. Dengan demikian, intervensi medis yang tepat dapat dilakukan untuk mengelola risiko komplikasi.
6. Hindari stres berlebihan.
Mengelola stres secara efektif penting bagi ibu pengganti, karena stres berlebihan dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan. Studi dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, maupun teknik pernapasan dalam dapat membantu menurunkan tingkat stres lalu meningkatkan kesehatan mental.
Oleh sebab itu, sebaiknya hindari situasi yang memicu stres serta menciptakan lingkungan yang mendukung juga penting untuk menjaga kesejahteraan emosional selama kehamilan.
7. Mengikuti anjuran dan panduan medis.
Kepatuhan terhadap semua instruksi medis, termasuk penggunaan obat-obatan dan suplemen yang diresepkan, menjadi faktor penting untuk menjaga kesehatan selama kehamilan. Menurut riset yang diterbitkan oleh Mayo Clinic, obat-obatan yang direkomendasikan oleh dokter untuk mengelola kondisi medis seperti tekanan darah tinggi atau diabetes harus dikonsumsi sesuai dosis serta arahan.
Penggunaan suplemen seperti asam folat juga penting untuk mencegah cacat lahir. Apabila mengabaikan panduan medis dapat meningkatkan risiko komplikasi yang membahayakan kesehatan ibu pengganti sekaligus janinnya.