Brilio.net - Fast food atau makanan cepat saji merupakan makanan yang paling banyak disukai. Pasalnya orang tak perlu repot untuk memasak dan rasanya juga sangat mudah diterima oleh semua kalangan. Makan cepat saji ini pertama kali diperkenalkan oleh negara-negara maju seperti Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Awal mula diciptakannya makanan cepat saji ini dikarenakan soal waktu. Orang-orang barat terkenal sangat sibuk dalam bekerja sehingga tak ada waktu untuk menyibukkan diri dengan memasak. Sejak saat itulah fast food begitu populer bahkan hingga saat ini.
Di balik rasanya yang lezat, ada masalah kesehatan yang dihadapi konsumen seperti tekanan darah tinggi maupun kolesterol. Sebuah penelitian terbaru menyebutkan bahwa konsumsi makanan ini bisa mempengaruhi masa depan seseorang.
Dilansir brilio.net dari merdeka.com yang dihimpun dari New York Post, Kamis (11/7), sebuah penelitian dari Harvard University menyebut bahwa makanan olahan serta tinggi lemak bisa menyebabkan masalah permanen pada sperma. Temuan ini tentunya sangat mengejutkan, lantaran perubahan zaman membuat seseorang lebih senang mengonsumsi jenis makanan fast food.
Penelitian tersebut mempejari sekitar 3.000 pria dengan usia antara 18 hingga 201 tahun. Diketahui bahwa vegetarian serta seseorang dengan pola makan yang kaya dengan buah, sayuran, ayam, serta ikan memiliki jumlah sperma lebih besar dibanding mereka yang mengonsumsi makanan olahan.
"Hampir dapat dipastikan bahwa mereka yang memiliki pola makan lebih baik mengonsumsi lebih banyak antioksidan," ungkap pakar kesuburan, Allan Pacey dari Sheffield University.
"Ketika mengonsumsi pizza, keripik, dan daging merah, kita mengetahui bahwa (oksidatif) ster meningkat dan hal ini bisa menimbulkan hal buruk pada sperma," sambungnya.
Kepala Peneliti Jorge Chavarro menyebut bahwa temuan ini bakal sangat mengejutkan dan melukai ego pria.
"Kamu akan terkejut melihat seberapa sensitif pria muda terhadap hal yang mungkin mempengaruhi jumlah sperma karena hal ini sangat menentukan maskulinitas," terangnya.
WHO juga menyebutkan normalnya jumlah sperma seseorang terdiri dari 39 juta atau lebih pada saat ejakulasi. Subyek penelitian yang mengonsumsi makanan cepat saji diketahui memiliki jumlah sperma 25,6 juta lebih sedikit dibanding pada mereka dengan jenis makanan tepat.
Peneliti percaya bahwa makanan olahan mempengaruhi kesehatan sel reproduksi atau sel sertoli. Walau makan dengan lebih baik bisa meningkatkan kesehatan sperma seiring waktu, namun sel sertoli ini tak bisa dibenahi sehingga ketika sudah rusak maka tak ada hal yang bisa dilakukan.