Brilio.net - Mengonsumsi junk food atau makanan siap saji memang kerap jadi pilihan karena praktis. Namun kebiasaan ini bisa menimbulkan risiko cukup fatal jika dilakukan terus menerus dalam jangka waktu yang panjang. Tak tanggung-tanggung, masalah kesehatan yang dialami bahkan bisa berupa kebutaan permanen.

Hal tersebut pernah dialami langsung oleh seorang bocah 12 tahun asal Massachusetts, Negara Bagian Amerika Serikat (AS). Anak laki-laki tersebut diketahui mengalami kebutaan permanen karena diet junk food yang ia konsumsi tidak mengandung nutrisi yang cukup. Dia menderita autisme dan memiliki fobia ekstrem terhadap tekstur makanan tertentu, sehingga ia hanya mengonsumsi burger, kentang goreng dengan saus ranch, donat, dan jus kemasan.

Dilansir BrilioFood dari dailymail.co.uk pada Senin (11/11), gejala gangguan penglihatan mulai muncul pada awal 2024. Di pagi dan sore hari, penglihatannya mulai menggelap. Kemudian baru bisa membaik hanya pada siang hari. Dalam enam minggu, kondisinya memburuk hingga ia tidak bisa berjalan tanpa bersandar pada orang tuanya dan sering menabrak pintu serta dinding.

Suatu malam, ia terbangun sambil berteriak karena tidak bisa melihat sama sekali. Bocah tersebut kemudian dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Lantas dokter setempat menemukan bahwa ada yang salah dengan pola makannya yang tidak sehat. Pola makan tersebut membuatnya kekurangan nutrisi penting yang menjaga kesehatan saraf optik.

foto: freepik.com

Meskipun telah diberikan suplemen dan terapi makan, para ahli yang menulis di jurnal medis AS khawatir bahwa kehilangan penglihatannya bersifat permanen. Dilansir dari dailymail.co.uk, dokter dari Boston Children's Hospital menyatakan bocah tersebut mengalami gangguan makan yang disebut avoidant/restrictive food intake disorder (ARFID), yang memengaruhi sekitar setengah dari anak-anak dengan autisme.

Gangguan kesehatan yang cukup baru ini terus meningkat, sehingga menyebabkan sekitar satu dari 200 orang Amerika membatasi variasi makanan mereka, karena kecemasan atau ketidaksukaan terhadap warna, rasa, tekstur, atau bau tertentu. Menurut para dokter, meskipun bocah tersebut memiliki kelahiran traumatis dan dilahirkan dua bulan lebih awal dengan kekurangan oksigen, ia tidak memiliki kondisi dasar lain selain autisme dan ADHD.

Ia mengalami keterlambatan dalam berbicara, kognitif, dan motorik. Dua hari sebelum dirawat di rumah sakit, orang tuanya mengatakan ada pembengkakan dan kerak di sekitar matanya. Hal ini membuatnya tidak fokus, misalnya saat menonton TV, bocah tersebut justru menatap dinding.

foto: pexels.com

Lebih lanjut, dokter menemukan bahwa bocah tersebut mengalami atrofi optik, yaitu kondisi di mana sel-sel dalam saraf optik menyusut karena kerusakan jangka panjang. Dokter juga mengaku bahwa kehilangan penglihatannya disebabkan oleh kekurangan vitamin A, vitamin C, vitamin D, tembaga, dan seng yang parah dari diet terbatas bocah itu. Kekurangan vitamin A khususnya adalah salah satu penyebab paling umum kebutaan pada anak-anak di AS.

Kekurangan nutrisi juga menyebabkan bocah tersebut mengalami ridges horizontal pada kuku kakinya, yang menjadi rapuh. Para peneliti mencatat bahwa anak-anak autis mungkin lebih mungkin mengalami ARFID dan masalah makanan lainnya karena tantangan sensorik unik mereka, yang membuat mereka sangat sensitif terhadap tekstur, rasa, dan bau. Anak-anak autis sering kali juga sangat bergantung pada rutinitas, sehingga mereka mungkin lebih memilih makanan tertentu.

Bocah Massachusetts tersebut menerima suplemen vitamin A, C, D, dan K, serta kalsium, tiamin, tembaga, dan seng selama di rumah sakit. Ketika tingkat nutrisinya kembali normalm, ia mulai makan selada dan keju di hamburgernya setelah keluarganya memulai terapi perilaku. Orang tuanya juga menambahkan suplemen ke kotak jusnya, meskipun ia mulai menolaknya setelah beberapa minggu.

foto: dailymail.co.uk

"Sayangnya, kasus optik atrofi yang dialami pasien cukup parah, sehingga penglihatannya tidak bisa dipulihkan lagi. Jika penyakit ini lebih cepat diketahui, tentu memberikan vitamin dan nutrisi akan membuat penglihatan pasien lebih baik," jelas dokter di Boston's Children Hospital.

Kasus seperti ini diketahui pernah terjadi pada seorang remaja perempuan dari Inggris. Bocah ini mengalami autisme setelah pola makan buruk yang hanya mengonsumsi roti lapis, kentang goreng, dan air. Selain itu, ada juga seorang gadis berusia 12 tahun asal Pennsylvania yang juga mengalami kekurangan gizi parah karena kekhawatirannya akan muntah usai makan.