Brilio.net - Selama masa kehamilan wanita mengalami berbagai perubahan tubuh hingga menimbulkan berbagai keluhan seperti mual, muntah, pusing, badan sakit, kaki bengkak dan sebagainya. Selain itu, itu, di masa kehamilan terdapat berbagai masalah kesehatan. Salah satunya hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Hipertensi selama kehamilan yaitu kondisi ketika tekanan darah ibu hamil berada di atas angka 140/90mmHg. Diperkirakan sekitar 8-10% ibu hamil di seluruh dunia mengalami hipertensi selama kehamilan. Umumnya kondisi hipertensi muncul ketika usia kehamilan mencapai 20 minggu, meski begitu tidak menutup kemungkinan dialami ibu di awal kehamilan.
-
Hamil di atas 35 tahun ternyata berisiko tinggi buat kesehatan Selain itu kehamilan di bawah usia 20 tahun juga membahayakan kaum hawa
-
10 Cara terbaik kalau kamu mau cepat turunkan darah tinggi, coba deh! Hipertensi ini sering sekali diabaikan oleh banyak orang. Padahal hipertensi merupakan gejala awal dari penyakit kronis seperti stroke & jantung.
-
Tekanan darah naik saat hamil? Makan 9 buah dan sayur ini agar stabil Saat hamil, seseorang bisa tiba-tiba mengalami flu, infeksi hingga tekanan darah tinggi.
Hipertensi selama kehamilan dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, termasuk preeklamsia, yang dapat berujung pada kerusakan organ seperti ginjal dan hati, serta kejang (eklamsia). Kondisi ini juga meningkatkan risiko lahir prematur, berat badan lahir rendah, serta gangguan pertumbuhan janin. Selain itu, hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan solusio plasenta, yaitu terlepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran, yang dapat membahayakan nyawa ibu dan bayi.
Menilik komplikasi yang cukup serius maka hipertensi selama kehamilan perlu diwaspadai. Oleh sebab itu, ibu hamil maupun keluarga wajib memahami apa saja pemicu yang menyebabkan hipertensi pada ibu hamil. Supaya makin memahaminya, yuk simak ulasan lengkap tentang pemicu hipertensi pada ibu hamil dan cara mencegahnya. Dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Sabtu (17/7).
Pemicu hipertensi pada ibu hamil.
foto: freepik.com
1. Riwayat kesehatan
Ibu hamil dengan riwayat hipertensi kronis atau penyakit ginjal sebelum kehamilan memiliki risiko lebih tinggi mengalami hipertensi dalam kehamilan. Kondisi ini dapat memperburuk tekanan darah yang sudah tinggi. Selain itu, riwayat hipertensi dalam kehamilan sebelumnya juga meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada kehamilan berikutnya.
2. Usia
Ibu hamil berusia di atas 35 tahun atau di bawah 20 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami hipertensi dalam kehamilan. Hal ini disebabkan oleh perubahan fisiologis pada sistem kardiovaskular yang terjadi seiring bertambahnya usia, serta kematangan organ reproduksi yang belum optimal pada usia muda.
3. Kehamilan pertama (primigravida)
Wanita yang mengalami kehamilan pertama kali (primigravida) memiliki risiko lebih tinggi mengalami hipertensi dalam kehamilan. Hal ini terkait dengan respons imunologis tubuh terhadap plasenta yang baru pertama kali terbentuk.
4. Kehamilan ganda
Ibu dengan kehamilan ganda (kembar) memiliki risiko lebih tinggi mengalami hipertensi dalam kehamilan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan volume darah dan beban kerja jantung yang lebih besar dibandingkan dengan kehamilan tunggal.
5. Obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas sebelum dan selama kehamilan meningkatkan risiko hipertensi pada ibu hamil. Obesitas menyebabkan peningkatan resistensi insulin dan inflamasi sistemik yang dapat mempengaruhi fungsi pembuluh darah dan tekanan darah.
6. Pola makan tidak sehat
Konsumsi makanan tinggi garam, lemak jenuh, dan gula berlebihan dapat meningkatkan risiko hipertensi pada ibu hamil. Asupan natrium yang tinggi dapat menyebabkan retensi cairan sehingga peningkatan volume darah, yang pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.
7. Kurangnya aktivitas fisik
Gaya hidup sedentari atau kurangnya aktivitas fisik selama kehamilan dapat meningkatkan risiko hipertensi. Gaya hidup yang sedentari menyebabkan sirkulasi darah yang buruk, berat badan yang tidak terkontrol, hingga tekanan berlebih pada jantung. Olahraga ringan yang dilakukan secara teratur selama kehamilan dapat membantu menjaga tekanan darah dalam batas normal.
8. Stres dan perubahan hormonal
Tingkat stres yang tinggi selama kehamilan dapat memicu peningkatan tekanan darah. Stres menyebabkan pelepasan hormon seperti kortisol dan adrenalin yang dapat meningkatkan denyut jantung serta menyempitkan pembuluh darah.
Selain stres, selama kehamilan sang ibu kerap mengalami perubahan hormonal yang signifikan dalam tubuh. Beberapa perubahan ini, seperti peningkatan hormon estrogen dan progesteron, dapat mempengaruhi regulasi tekanan darah maupun fungsi pembuluh darah.
9. Konsumsi alkohol dan rokok
Merokok dan konsumsi alkohol selama kehamilan berisiko tinggi memicu berbagai komplikasi, termasuk hipertensi. Zat beracun dalam rokok dapat merusak pembuluh darah serta meningkatkan tekanan darah.
Alkohol juga mempengaruhi fungsi jantung maupun pembuluh darah, sehingga meningkatkan risiko preeklamsia. Menghindari kedua hal ini sangat penting untuk menjaga tekanan darah tetap stabil dan mencegah komplikasi serius.
10. Kekurangan nutrisi penting
Defisiensi beberapa nutrisi penting seperti kalsium, magnesium, dan vitamin D telah dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi pada ibu hamil. Nutrisi-nutrisi ini berperan penting dalam regulasi tekanan darah sekaligus fungsi pembuluh darah. Oleh sebab itu, ibu hamil sebaiknya menjaga nutrisi melalui buah, sayuran, hingga suplemen tambahan yang disarankan dokter.
11. Infeksi selama kehamilan
Beberapa jenis infeksi selama kehamilan, seperti infeksi saluran kemih atau infeksi virus tertentu, dapat meningkatkan risiko hipertensi. Infeksi dapat menyebabkan respons inflamasi sistemik yang mempengaruhi fungsi pembuluh darah.
Selain itu, abnormalitas pada perkembangan atau fungsi plasenta dapat menyebabkan hipertensi pada ibu hamil. Kondisi ini dapat mengganggu aliran darah antara ibu dan janin, memicu peningkatan tekanan darah sebagai mekanisme kompensasi.
Cara mencegah hipertensi pada ibu hamil.
foto: freepik.com
1. Menjaga pola makan sehat
Mengatur pola makan yang sehat menjadi kunci utama dalam mencegah hipertensi pada ibu hamil. Mengonsumsi makanan yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral seperti buah-buahan, sayuran, serta biji-bijian utuh dapat membantu menjaga tekanan darah tetap stabil.
Kurangi konsumsi garam yang berlebihan, karena garam bisa menyebabkan retensi cairan yang meningkatkan tekanan darah. Memilih makanan rendah lemak jenuh dan lemak trans juga dapat membantu mencegah peningkatan tekanan darah.
2. Mengontrol berat badan dengan baik
Kenaikan berat badan yang sesuai dengan anjuran dokter selama kehamilan sangat penting untuk mencegah hipertensi. Sementara, peningkatan berat badan yang terlalu cepat dapat memberikan tekanan berlebih pada sistem kardiovaskular, sehingga meningkatkan risiko hipertensi.
Ibu hamil dianjurkan untuk rutin memantau berat badannya dan berkonsultasi dengan dokter mengenai kenaikan berat badan yang sehat sesuai dengan trimester kehamilan.
3. Rutin Berolahraga dengan intensitas ringan hingga sedang
Aktivitas fisik yang teratur, seperti berjalan kaki, berenang, atau yoga khusus untuk ibu hamil dapat membantu menjaga tekanan darah tetap stabil. Olahraga ringan membantu meningkatkan sirkulasi darah, memperkuat jantung, dan menjaga berat badan yang sehat.
Meskipun penting, ibu hamil harus selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai atau melanjutkan program olahraga untuk memastikan keamanannya.
4. Mengelola stres
Stres selama kehamilan dapat menjadi pemicu hipertensi. Oleh karena itu, penting untuk menemukan cara-cara efektif untuk mengelola stres. Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga prenatal, pernapasan dalam, dan konseling psikologis dapat membantu menurunkan kadar hormon stres dalam tubuh, sehingga mengurangi risiko tekanan darah tinggi.
5. Memastikan kecukupan asupan cairan
Mempertahankan hidrasi yang cukup sangat penting untuk kesehatan selama kehamilan. Kekurangan cairan dapat menyebabkan tubuh menahan lebih banyak garam, yang pada akhirnya memicu peningkatan tekanan darah.
Minum cukup air setiap hari membantu menjaga volume darah yang normal sekaligus mendukung fungsi ginjal yang optimal, yang berkontribusi dalam pengaturan tekanan darah.
6. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin
Rutin memeriksakan diri ke dokter atau bidan selama kehamilan adalah langkah pencegahan paling penting dalam mencegah hipertensi. Pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan secara berkala memungkinkan deteksi dini masalah hipertensi.
Jika tekanan darah mulai meningkat, dokter dapat segera memberikan penanganan atau saran untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Selain itu, tes urine untuk mendeteksi proteinuria serta pemeriksaan lainnya juga dapat membantu dalam memantau kesehatan ibu hamil.