Brilio.net - Saat merebus daging, biasanya akan muncul busa atau buih di permukaan airnya. Banyak orang menganggap busa ini adalah akumulasi kotoran yang penuh bakteri. Persepsi ini seringkali membuat orang merasa perlu membuang busa tersebut agar kaldu atau masakan menjadi lebih bersih dan aman untuk dikonsumsi.

Memang, tampilannya yang berwarna keabu-abuan membuat buih ini bisa mengganggu menampilan masakan. Selain itu, bentuknya yang agak menggumpal juga membuat orang berpikir dua kali untuk mengonsumsinya. Tidak heran jika kemudian muncul stigma bahwa busa di air rebusan daging cukup berbahaya untuk dikonsumsi.

Padahal tahu nggak sih, sebenarnya anggapan busa air rebusan daging berbahaya merupakan mitos belaka. Menurut pengguna Instagram @ammaizza1, busa yang keluar dari rebusan daging adalah protein yang larut dalam air. Protein yang disebut sarkoplasmik ini biasanya akan mengambang dan menggumpal di permukaan air.

foto: Instagram/@ammaizza1

Dilansir BrilioFood dari akun Instagram @ammaizza1 pada Jumat (27/9), banyak chef atau ahli masak membuang busa ini bukan karena kotor atau bahkan berbahaya dikonsumsi. Dia mengaku busa ini biasa dibuang untuk menghasilkan kuah kaldu atau air rebusan yang bening. Apalagi jika air kaldu tersebut hendak disajikan untuk pelanggan, tentu busa yang dihasilkan dari rebusan dagingnya perlu dibuang.

Jadi, busa yang muncul saat merebus daging biasanya terdiri dari protein yang terlepas dari daging selama proses pemanasan. Busa ini tidak berbahaya jika dikonsumsi, tetapi banyak orang memilih untuk menghilangkannya karena alasan estetika dan untuk mendapatkan kaldu yang lebih jernih. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait busa ini.

foto: Instagram/@ammaizza1

Menurut Washington State Department of Health yang dilansir dari doh.wa.gov, bakteri patogen biasanya akan mati pada suhu tinggi yang dicapai selama perebusan. Oleh karena itu, busa tersebut bukanlah indikasi adanya kotoran atau bakteri yang berbahaya, melainkan hasil alami dari proses memasak.

foto: Instagram/@ammaizza1

Sementara itu, dilansir dari cdc.gov, penting untuk memastikan daging dimasak hingga suhu internal yang tepat untuk membunuh bakteri patogen, seperti E. coli dan Salmonella. Memasak daging sapi, misalnya, harus mencapai 145°F dan kemudian dibiarkan selama 3 menit sebelum dikonsumsi. Praktik ini memastikan bahwa semua bakteri berbahaya telah dimusnahkan, sehingga mengonsumsi busa yang tersisa dalam kaldu sebenarnya tidak membawa risiko kesehatan yang signifikan.

Meskipun busa tersebut aman untuk dikonsumsi, banyak orang yang tetap memilih untuk menghilangkannya karena alasan estetika dan untuk mendapatkan kaldu yang lebih jernih. Praktik ini lebih kepada preferensi pribadi daripada kebutuhan kesehatan.