Brilio.net - Erythritol adalah salah satu pengganti gula yang semakin populer, terutama di kalangan pasien yang menghindari gula berkalori tinggi. Eksi juga di kalangan yang sedang menjalani diet rendah karbohidrat. Erythritol, seperti halnya pemanis lainnya, menawarkan rasa manis tanpa kalori yang signifikan dan tidak menyebabkan lonjakan gula darah, sehingga sering dianggap sebagai alternatif lebih sehat dibanding dengan gula pasir.
Namun, baru-baru ini muncul kekhawatiran mengenai dampak kesehatan dari erythritol. Dilansir dari medicalnewstoday.com, penelitian terbaru menunjukkan bahwa mengonsumsi erythritol dalam jumlah tinggi dapat berpotensi meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Salah satu studi penting yang dilakukan oleh Cleveland Clinic menemukan bahwa erythritol, ketika dikonsumsi dalam jumlah berlebih, dapat berkontribusi meningkatan risiko masalah kardiovaskular.
-
Waspada pemanis buatan, kenali jenis dan dampak buruknya terhadap kesehatan Pemanis buatan dihasilkan melalui proses kimiawi dan umumnya memiliki rasa manis yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemanis biasa atau gula.
-
7 Gula rendah kalori, serba manis dan aman dikonsumsi saat diet Temukan pilihan gula rendah kalori yang tetap manis dan cocok untuk diet sehat.
-
Kenali diet gula yang benar untuk turunkan berat badan dan jaga kesehatan jantung Dengan strategi diet gula yang tepat, kamu dapat mencapai tujuan kesehatan dengan lebih mudah.
Bukan ditambah air atau gula, cara atasi sayur sop keasinan ala ibu muda ini super simpel
Menurut penelitian tersebut, erythritol dapat memengaruhi proses pembekuan darah dan menyebabkan pembekuan lebih cepat. Meski erythritol dianggap aman oleh sebagian besar otoritas kesehatan dan umumnya diterima dengan baik oleh tubuh, penelitian ini menyoroti bahwa konsumsi dalam jumlah besar dapat memiliki efek samping.
Mengingat potensi risiko ini, penting bagi konsumen untuk tidak hanya memperhatikan manfaat pengganti gula ini, tetapi juga bijak mengonsumsi erythritol.
Sebenarnya tak cuma erythritol yang dianggap punya efek samping, sederet pengganti gula lain juga dinilai cukup bahaya, terutama jika dikonsumsi secara berlebih. Berikut ulasan terkait pengganti gula yang ternyata bahaya untuk kesehatan, BrilioFood lansir dari berbagi sumber, Jumat (9/8).
Tak perlu repot dimasak, wanita ini bagikan trik bikin gula alami yang sehat cuma dari 1 jenis buah
1. Erythritol.
foto: pexels.com
Erythritol adalah alkohol gula yang sering digunakan sebagai pengganti gula karena memiliki kalori sangat rendah. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa erythritol dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
Erythritol dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah, yang berpotensi memengaruhi kesehatan kardiovaskular. Selain itu, erythritol juga menyebabkan gangguan pencernaan dan meningkatkan risiko peradangan dalam tubuh, yang berkontribusi pada masalah kesehatan jantung.
2. Aspartam.
Aspartam adalah pemanis buatan yang sering ditemukan dalam berbagai produk diet dan minuman ringan. Meskipun dianggap aman oleh banyak badan pengawas makanan, beberapa studi menunjukkan bahwa aspartam dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan memengaruhi kesehatan otak.
Penelitian juga mengaitkan konsumsi aspartam dengan peningkatan risiko penyakit neurodegeneratif, seperti parkinson, alzheimer, serta gangguan suasana hati.
3. Sakarin.
foto: pexels.com
Sakarin adalah salah satu pemanis buatan tertua yang digunakan sebagai pengganti gula. Meskipun telah ada penurunan penggunaan sakarin, beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi sakarin dalam jumlah tinggi dapat meningkatkan risiko kanker kandung kemih dan gangguan kesehatan lainnya. Sakarin dapat memengaruhi keseimbangan mikrobiota usus dan berpotensi mengganggu metabolisme tubuh.
4. Sukralosa.
Sukralosa adalah pemanis buatan yang dikenal karena kemampuannya menambah rasa manis tanpa kalori. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa sukralosa dapat mengubah mikrobiota usus, yang memengaruhi kesehatan pencernaan dan metabolisme. Selain itu, sukralosa dapat menyebabkan reaksi alergi pada beberapa individu dan memengaruhi sensitivitas insulin.
5. Acesulfame potassium.
foto: pexels.com
Acesulfame potassium adalah pemanis buatan yang sering digunakan sebagai campuran pemanis lain. Acesulfame potassium ternyata dapat menyebabkan perubahan dalam fungsi ginjal, hati, serta memengaruhi metabolisme glukosa. Konsumsi acesulfame potassium dalam jumlah besar juga dapat meningkatkan risiko gangguan pencernaan dan masalah kesehatan lainnya.
6. Neotame.
foto: pexels.com
Neotame adalah pemanis buatan yang lebih manis daripada aspartam. Pemanis ini biasa digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman. Meski dianggap aman oleh badan pengawas makanan, beberapa studi mengaitkan konsumsi neotame berpotensi negatif pada kesehatan otak dan metabolisme. Neotame juga dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan pada beberapa individu.
7. Steviol Glycosides (Stevia).
Steviol glycosides, diperoleh dari tanaman stevia adalah pemanis alami yang sering dianggap sebagai alternatif gula lebih sehat. Namun, penelitian menunjukkan bahwa konsumsi steviol glycosides dalam jumlah tinggi dapat memengaruhi tekanan darah dan kadar glukosa darah.
8. Xylitol.
foto: pexels.com
Xylitol adalah alkohol gula yang sering digunakan sebagai pemanis pengganti gula karena memiliki kalori lebih rendah. Namun, konsumsi xylitol dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti diare dan kembung. Xylitol juga dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada beberapa individu dan memengaruhi keseimbangan gula darah.
9. Maltitol.
Maltitol adalah pemanis pengganti gula yang sering digunakan dalam produk makanan rendah kalori. Meskipun memiliki kalori lebih rendah, maltitol dapat menyebabkan gangguan pencernaan, termasuk diare dan kembung, jika dikonsumsi dalam jumlah besar. Selain itu, maltitol dapat memengaruhi kadar glukosa darah dan berpotensi meningkatkan risiko masalah kesehatan metabolik.
Penting untuk memahami risiko kesehatan jika kamu terlalu banyak mengonsumsi pemanis buatan. Selalu konsultasikan dengan profesional kesehatan sebelum membuat perubahan besar pada dietmu.