Brilio.net - Hepatitis merupakan kondisi peradangan pada hati. Infeksi hepatitis umumnya disebabkan oleh virus hepatitis, yang terbagi menjadi lima tipe utama, yaitu tipe A, B, C, D, dan E. Masing-masing tipe virus ini menyebar melalui cara bermacam-macam dan mengakibatkan jenis penyakit yang berbeda pula.
Penyebaran virus hepatitis tergantung pada jenisnya. Hepatitis A dan E biasanya menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Sementara hepatitis B, C, dan D umumnya ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh dari individu yang telah terinfeksi.
-
9 Makanan pantangan bagi penderita hepatitis, salah satunya makanan kaya karbohidrat Pola makan sangat mempengaruhi kondisi penderita hepatitis
-
10 Makanan tinggi nutrisi ini bantu mencegah penyakit hepatitis Baru-baru ini dunia dihebohkan dengan kasus hepatitis yang banyak menyerang anak-anak.
-
Kenali hepatitis A, B, dan C, mana yang paling berbahaya? Menurut Kemkes.go.id di Indonesia, penderita hepatitis diperkirakan mencapai 20 juta orang dengan penderita terbanyak yaitu hepatitis B.
WHO tetapkan status darurat kesehatan global, ini 9 cara jaga tubuh agar terhindar dari cacar monyet
Sementara penularan hepatitis pada anak juga dapat terjadi dari ibu saat mengandung. Dikutip dari sehatnegeriku.kemkes.go.id, dr. Imran Pambudi, MPHM mengatakan hepatitis B di Indonesia sebagian besar ditularkan dari ibu ke anak. Itu memungkinkan terjadinya hepatitis B yang kronis.
Untuk mengurangi risiko tersebut, ibu hamil perlu menjalani tes skrining untuk hepatitis B dan C. Jika hasilnya positif, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Selain itu, pastikan anak tidak mengonsumsi makanan atau minuman yang meningkatkan risiko penyakit hepatitis, ya.
Penasaran apa saja makanan yang bisa jadi pemicu hepatitis? Berikut BrilioFood lansir dari berbagai sumber pada Kamis (15/8), 9 makanan yang perlu dihindari karena bisa memicu risiko hepatitis pada anak.
1. Makanan mentah atau setengah matang.
foto: pexels.com
Makanan seperti sushi, sashimi, atau telur setengah matang berisiko mengandung virus hepatitis A. Virus ini dapat bertahan dalam makanan yang tidak dimasak dengan suhu tinggi.
Mengonsumsi makanan mentah atau setengah matang dapat menyebabkan infeksi hepatitis pada anak. Oleh karena itu, sangat penting memastikan bahwa makanan yang disajikan kepada anak selalu dimasak hingga benar-benar matang untuk mencegah risiko penularan virus hepatitis.
2. Makanan dari penjual jalanan.
Jajanan dari penjual jalanan sering kali tidak memenuhi standar kebersihan yang memadai. Makanan yang disiapkan di tempat terbuka rentan terpapar debu, polusi, dan kuman, termasuk virus hepatitis A atau E. Risiko ini meningkat jika penjual tidak menjaga kebersihan tangan, tidak menggunakan sarung tangan, atau jika air yang digunakan untuk mencuci bahan makanan terkontaminasi. Kondisi ini memungkinkan virus berpindah ke makanan, yang kemudian bisa menularkan infeksi kepada konsumen, terutama anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya masih berkembang.
3. Makanan dan minuman yang mengandung es batu dari air tidak bersih.
Es batu yang berasal dari air tidak bersih dapat menjadi sarana penyebaran virus hepatitis A dan E. Ketika air yang digunakan untuk membuat es tidak higienis, virus yang ada dalam air tersebut bisa bertahan dan mencemari es batu. Jika anak-anak mengonsumsi minuman yang mengandung es ini, mereka berisiko terpapar virus hepatitis. Mengingat es sering digunakan dalam minuman, penting untuk memastikan bahwa es dibuat dari air yang bersih dan aman untuk dikonsumsi, guna mencegah penularan penyakit.
4. Makanan laut yang terkontaminasi.
Kerang, tiram, dan makanan laut lainnya yang hidup di perairan tercemar dapat menjadi faktor penularan virus hepatitis, terutama hepatitis A. Virus ini dapat menempel pada makanan laut melalui air yang terkontaminasi, terutama di daerah di mana sanitasi tidak terjaga.
Ketika makanan laut tersebut tidak dimasak dengan baik, virus yang ada di dalamnya tetap dapat bertahan dan masuk ke dalam tubuh saat dikonsumsi. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan bahwa semua makanan laut yang akan dikonsumsi telah dimasak dengan sempurna, dengan suhu yang cukup tinggi untuk membunuh semua mikroorganisme patogen.
Memasak makanan laut hingga matang tidak hanya membunuh virus hepatitis, tetapi juga mengurangi risiko infeksi bakteri yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan. Dengan demikian, menghindari makanan laut mentah atau setengah matang sangat dianjurkan, terutama bagi anak-anak yang lebih rentan terhadap infeksi. Pastikan untuk memilih sumber makanan laut yang terpercaya dan memperhatikan cara pengolahannya agar tetap aman untuk dikonsumsi.
5. Sayuran dan buah yang tidak dicuci bersih.
foto: pexels.com
Sayuran dan buah yang tidak dicuci dengan air bersih berisiko terkontaminasi virus hepatitis, terutama jika ditanam di area yang menggunakan air limbah untuk irigasi. Mencuci sayuran dan buah dengan baik sebelum dimakan sangat penting untuk mencegah penularan virus.
6. Makanan yang disimpan dalam waktu lama pada suhu ruang.
Makanan yang dibiarkan terlalu lama pada suhu ruang dapat menjadi tempat berkembang biaknya virus dan bakteri, termasuk virus hepatitis. Penting untuk menyimpan makanan dengan benar di lemari es dan menghangatkannya kembali sebelum disajikan.
7. Produk susu yang tidak dipasteurisasi.
foto: pexels.com
Susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi mungkin mengandung virus dan bakteri berbahaya, termasuk virus hepatitis. Pasteurisasi adalah proses pemanasan yang membunuh mikroorganisme patogen dalam susu, sehingga produk susu harus selalu dipilih yang sudah dipasteurisasi.
8. Makanan olahan yang mengandung bahan pengawet berbahaya.
Makanan olahan dengan bahan pengawet tertentu bisa merusak hati dan meningkatkan risiko hepatitis. Bahan pengawet berbahaya seperti nitrit dan nitrat dapat menyebabkan peradangan pada hati jika dikonsumsi secara berlebihan. Sebaiknya pilih makanan segar daripada yang diawetkan.
9. Makanan yang mengandung pewarna atau pemanis buatan.
foto: pexels.com
Konsumsi pewarna atau pemanis buatan dalam jumlah besar dapat memberikan beban tambahan pada hati, terutama pada anak-anak yang hatinya masih dalam tahap perkembangan. Bahan-bahan ini sulit dicerna oleh hati dan dapat memicu peradangan atau kerusakan hati dalam jangka panjang. Nah, menghindari makanan yang mengandung zat aditif ini penting untuk menjaga kesehatan hati anak.